"Beneran ini bro...!", suara Doni jadi lirih.
Saya adalah orang yang rasional, buat saya, ini pasti ada penjelasannya. Mungkin Doni sudah menceritakan perihal almarhum Bagus Arman ke Joko, dan sedang "mengerjai" saya. Sebuah candaan yang menurut saya kelewatan. Tapi pada saat yang bersamaan saya sangat paham Doni tidak mungkin melakukan hal ini.
Saya lalu mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan fisik orang yang kata Joko datang tadi. Dan semuanya mengarah tepat kepada almarhum Bagus Arman. Saya kemudian menarik tangan Doni ke luar kantor. Di depan kantor saya tanyakan lagi dengan sangat serius: "Don, loe jangan main-main urusan beginian, nggak lucu!"
"Demi Allah Man, kagak, gua juga tahu mana yang pantes mana yang kagak buat candaan"
"Begini aja, eloe masih simpan foto kita bertiga?" tanya saya.
"Masih", jawab Doni pendek.
"Yang foto kita ama genk safari, yang bertujuh atau berdelapan itu?" lanjut saya.
"Ada!", tegas Doni
"Nah, eloe bawa besok, ye Don?", kata saya lagi.
"Iyak, sekalian sama foto yang kita sekelas, ya?", usul Doni.
"Sip, oke", jawab saya.