Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hikayat Sebuah Negeri

2 Desember 2024   21:31 Diperbarui: 2 Desember 2024   22:03 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan indah di pojok negeri Indonesia (Sumber: Kemenparekraf)

Nak...

Kemarilah, duduk di sampingku, sejenak saja

Kita menikmati senja ini, dielus anila sore, ditingkahi sandyakala

Aku ingin engkau dengar hikayat sebuah negeri

Buka telingamu, tajamkan ingatanmu, ini hanya sebuah hikayat

Negeri,

Dimana sang pelindung dan penjaga semesta

Memburaikan tubuh-tubuh dengan siksa

Memerangkap jiwa dalam penjara busuk dan hina

Menghantar tubuh-tubuh ke liang kubur

Sembari tak lelah berteriak akulah pelindungmu

Negeri,

Dimana sang pengadil, wakil sang Khalik di bumi

Menjajakan murah kuasa dan titahnya

Menghukum si durjana miskin

Menghamba si pendusta necis berlumur intan

Sembari tak henti meraung, akulah sang pengadil wakil sang Khalik

Negeri,

Dimana sang mantri, si pemilik hati mulia dan sumpah suci

Merangkai kata dan angka berlapis palsu, mendikte nasib

Menera sakit tubuh kuat sehingga lumat

Menghamba kepeng untuk si pemilik derita

Sembari terus menguarkan, akulah sang mantri pemilik sumpah suci

Negeri,

Dimana titah berwajah mulus, suci dan berbunga janji

Sekejap tercipta dalam ruang-ruang mewah tak tertembusi

Mereka ampunan bagi sang tuan pemilik permata

Merangkai culas bagi sang penjilat tahta, menebar liur

Sembari sang penitah berkata itu untukmu rakyatku

Negeri,

Dimana kecerdikan ditukarkan dengan pundi-pundi

Untuk sebuah penghormatan tersemat di barisan namanya

Mengucap kata tentang bijak, menorehkan nama sebagai cendekia

Meski pun serat karyanya dirangkai di jalanan tak bernama

Sembari sang penyemat bercerita tentang negeri yang akan berkelas dunia

Nak...

Kemarilah, lebih dekat kepadaku

Ingatlah, itu hanya sebuah hikayat

Tak usalah kau risaukan

Karena kita, masih harus mencari remahan

Untuk mengisi perut kita, esok.

 

Tapos, 06 Agustus 2024

Malam-malam Waktu Tapos, dan gerimis menggumuli bumi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun