Angel Bilabong sama Broken Beach ini memang cukup tersembunyi, jadi jangan heran kalau perjalanan menuju kesana lebih banyak ketemu hutan ketimbang rumah penduduk. Jarak dua objek itu enggak sampai satu kilo jalan kaki jadi macam bonus.
 Sempat dengar dari cerita Pak Wayan (lagi) juga kalau sempat ada turis yang meninggal karena benturan ombak ke batu. Jadi memang agak bahaya kalau enggak hati-hati. Kalau saya sendiri memilih tidak mandi karena alergi air pantai, adik saya sudah nyemplung diantara bule-bule. Sarannya, kalau mandi disini meniti hati-hati karena memang batu-batunya cukup licin.
Dan untuk yang baru pertama kali menyentuh Bali, jangan heran kalau lihat anjing keluar masuk cafe atau nangkring di teras hotel.
Malamnya, enggak pusing nyari makanan halal, ada banyak dagangan semacam sate, soto, nasi goreng, mie ayam, martabak, yang dijual di dekat dermaga.
Atuh Beach/Pulau Seribu
Hari terakhir di Nusa Penida, tujuannya cuma 1, penasaran memang sama Pulau Seribu -- Atuh Beach yang katanya nyaris mirip sama Raja Ampat. Dan dari hotel sekitar satu jam 20 menit, cukup jauh memang. Harapannya semoga jalanannya enggak separah menuju Broken Beach, tapi salah, ternyata lebih parah. Kita udah diwanti-wanti juga sama si ibu yang jaga kios bensin sebelum berangkat kalau jalanan ke arah Atuh---naik---belok-belok.Â
Kita sempet bingung sih sama penjelasan ibunya soal 'naik---belok-belok, tapi eh ternyata emang dasar enggak peka, jalanannya parah. Soalnya memang lewat bukit yang jalanannya aspal, tapi curam trus belok-belok, dan makin naik dan naik. Perlu dicatat kalau memang ke Nusa Penida diharapkan kekeuh deh buat dapet motor yang bagus, perhatiin ban, gas, rem (yang penting), biar enggak jatuh dan memang yang paling penting dibutuhkan mental yang kuat buat nyetir. Saya saja setiap kali jalan turunan yang curam banget enggak berhenti doanya.
Jadi, apa daya, kekuatan tubuh dan pantat bekerja lebih keras hari ini karena memang jalannya booo, super-duper amajing! Masuk hutan keluar hutan, ketemu desa, keluar desa, ketemu hutan panjang lagi. Diam-diam dalam hati pengen jerit "Ya Allah, ini kapan nyampenya coba", lama-lama pantat udah rata.