Hari itu kita menginap di Swandewi karena harganya bikin takjub banget buat berdua di fan room yang kisaran harganya minimal Rp. 80.000-an. Untungnya, mendapat teman perjalanan seperti adik saya ini sekalipun susah-susah gampang, yang terpenting bagi saya itu cuma 1 saja : dia mau liburan ala murah yang rela dapet room yang modal kipas angin doang dan enggak ngeluh kulit item aja udah syukur Alhamdulillah. Syukurnya pun hotel yang kita pilih ada shower komplet air panas sekalipun sarapan enggak termasuk.
Saya sengaja memilih hotel yang lokasinya memang strategis dengan area favorit saya dari dulu. Jalan Kartika Plaza itu benar-benar available buat turis backpacker. Cafe banyak, kios dagangan banyak, hotel banyak, sewa motor banyak, mau nongkrong ke Mall tinggal nyebrang dikit udah, yang sejenis Circle-K pun rame. Kartika Plaza salah satu jalanan terpadat di Kuta sekalipun di tengah malam. Paling enak kalo jalan malam hari sih disini.
Sayangnya, Hotel yang kita tempati enggak punya jasa layanan rental motor. Atas saran bli yang jaga, ada tempat sewa motor yang tinggal jalan kaki doang 50 meter dari gang hotel. Kita dapat tempat sewa motor yang ibunya yang jaga baik banget. Rata-rata harganya Rp.75.000/24 jam dengan motor matic yang kondisi lumayanlah.Â
Rata-rata sewa motor enggak pake motor lain selain matic, harga pun bisa berbeda tergantung jenis motornya. Kalo N-Max bisa mencapai Rp. 150.000-an/12 jam, tergantung nego. Keunggulan menggunakan motor adalah kita bisa fleksibel setiap ke objek wisata, naik mobil itu ribet dan lama, apalagi kalau terjebak macet. Pusing!
Karena ini kunjungan kesekian saya ke Bali, jadi difokuskan ke beberapa objek wisata yang belum pernah saya jamah di Bali sebelum tujuan utama ke Nusa Penida terealisasi esok harinya. Hari pertama, menuju tempat yang sedang hits buat penikmat good views, yaitu Bukit Belong, yang lokasinya di Kabupaten Klungkung. Setiap perjalanan kita modal utama adalah hp android, dan itu penting banget, ketika metode jalan-jalan kita tanpa jasa paket tour atau guide yang nemenin. Googlemaps itu navigasi sempurna buat jalan-jalan, sekalipun kadang bisa bikin nyasar juga.
Perjalanan selanjutnya sebenarnya ke Pura Lempuyangan di Karang Asem, sambil lihat Gunung Agung yang saat itu statusnya siaga 3, tapi karena situasi cuaca yang kurang mendukung karena hujan, Pura Lempuyangan di-cancel dan ke agenda selanjutnya, menuju ke Tegenungan Waterfall. Jaraknya cukup dekat.Â
Biaya masuknya hanya Rp. 15.000/orang, ditempat itu seperti objek wisata yang ramai dikunjungi banyak toko-toko jualan baju dan handmade khas Bali, selain cafe-cafe kecil. Kita memilih Tegenungan karena ini salah satu dari sekian banyak air terjun di Bali yang gampang dijangkau.Â
Enggak perlu trekking atau apalah. Sayangnya, mungkin karena intensitas hujan yang lebat hari itu, sekalipun udah berhenti saat kita tiba di lokasi, muatan airnya beda, jadi lebih macam kebanjiran, warnanya pun jadi kopi susu. Di saat normal, pengunjung diperbolehkan mandi dan berfoto dekat air terjun, tapi karena akibat hujan deras ini enggak diperbolehkan karena cukup bahaya.