Jika tak ada wanita lain di hatimu, kenapa sikapmu begitu dingin.
Jika ada wanita lain di hatimu, kenapa kamu tetap bertahan di rumah yang kelam ini.
Tak bisakah kamu memberiku sikap yang menjauhkan aku dari kata 'selingkuh'?
Aku kini begitu mengagumi Arlan. Sosok yang telah banyak memberikan perhatian. Lalu, bagaimana bisa hatiku dimiliki Arlan sementara ragaku milik Reza.
Aku menghela napas. Masih mematung di tempat yang sama. Menanti kepulangan Reza yang tak tentu waktunya.
Tepat pukul 22.00 malam, Reza masuk ke rumah. Aku tak sedikitpun beranjak dari tidurku. Bersembunyi di balik selimut. Memejamkan mataku seolah-olah aku sedang tidur nyenyak.
Tak ada satu kata pun yang terucap dari mulutnya. Bahkan memanggil namaku pun tidak. Ia hanya sibuk mondar-mandir ke kamar mandi, ke dapur, ke kamar lagi dan terlelap di sisiku. Aku tidak pernah tahu apa yang ia lakukan saat aku sudah terlelap di malam hari.
"Mas...!" Aku beranikan diri memanggil namanya.
"Hmm..." Ia hanya berdehem. Aku bingung harus memulai kalimat dari mana.
"Aku ingin mengakhiri semuanya," bisikku.
Reza membalikkan tubuhnya, menatapku lekat. Untuk pertama kalinya aku melihat tatapan mata Reza.