Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

MPLS Edukatif, Bangun Sekolah Ramah Siswa Baru, Memupus Bibit Bullying di Sekolah

16 Juli 2024   11:01 Diperbarui: 16 Juli 2024   15:32 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masa oerientasi siswa baru yang berbau plonco / sumber gambar kompas.com

Masa orientasi siswa baru harusnya diibaratkan gerbang awal untuk memasuki dunia pendidikan di jenjang selanjutnya yang lebih nyaman. atau ramah siswa baru. Meskipun terdengar mudah dalam praktiknya senioritas dan perlakuan mengajarkan disiplin yang terlalu berlebihan selalu menjadi kendala.

Kecuali di sekolah yang sejak awal menjadikan MPLS sebagai sambutan persahabatan. Dan untuk mencapai target tersebut berbagai langkah krusial harus di lakukan pihak sekolah bersama jajaran guru-gurunya saat MPLS.

Sekolah harus meninjau kembali, apakah terdapat pengalaman atau tradisi dan budaya sekolah yang mengarah pada perpeloncoan, diskriminasi, seperti mengharuskan siswa baru memakai label yang buruk. Ini merupakan bibit yang berbahaya bagi kelangsungan sekolah menerapkan MPLS yang ramah siswa baru dan  menghilangkan sistem senioritas disekolah.

Langkah awal yang esensial adalah melakukan refleksi mendalam terhadap budaya negatif yang selama ini melekat di sekolah. Adakah unsur-unsur dalam budaya tersebut yang berpotensi memicu perundungan atau senioritas? Apakah terdapat kegiatan yang secara fisik atau mental menindas siswa baru? 

Sekolah perlu berani meninjau ulang dan merevisi budaya yang tidak sejalan dengan nilai-nilai positif seperti saling menghormati, menghargai perbedaan, dan membangun rasa kekeluargaan. Tradisi positif dan edukatif bisa diciptakan untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan semangat belajar pada siswa baru. Hal ini merupakan langkah kongkrit memupus kemunculan kasus bullying di lingkungan sekolah sejak awal.

Penting untuk membangun kolaborasi yang melibatkan orang tua dan guru dalam peran aktif. Hal ini pentng sebagai bentuk pengawasan dan membimbing anak-anak mereka. Sekolah bisa mengadakan sosialisasi dan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya membangun karakter positif pada anak dan bahaya perundungan.

Keterlibatan aktif guru dalam setiap kegiatan orientasi juga tak kalah penting. Guru harus sigap dan proaktif dalam memantau interaksi antar siswa, serta berani menegur dan menindak tegas segala bentuk tindakan perundungan.

Salah seorang orang tua siswa menelepon saya, memberitahukan jika anaknya membutuhkan perhatian khusus. Sebagai siswa baru yang diharuskan rambutnya dipangkas rapi, ia justru berambut sedikit panjang. Rupanya sejak ia melakukan terapi kemo beberapa kali, seluruh rambutnya rontok dan disarankan oleh dokter memakai wig atau rambut palsu. Jika tidak ada koordinasi khusus antara orang tua dengan guru dan para panitia pendukung dari OSIS bisa saja terjadi salah sangka. 

Dan disinilah perlunya komunikasi yang intens tersebut, sehingga kita bisa merekomendasikan solusi agar tidak menganggu teman-teman lain atau menimbulkan pertanyaan yang tidak perlu agar siswa tersebut tidak terganggu selama proses MPLS, atau sekolah bisa memberikan keringan khusus jika yang bersangkutan tidak bersedia mengikuti MPLS.

Masa orientasi bukan hanya tentang perkenalan lingkungan sekolah, tetapi juga momen penting untuk menanamkan nilai-nilai positif dan menumbuhkan rasa kebersamaan antar siswa. Sekolah bisa merancang program orientasi yang edukatif dan kreatif, melalui kegiatan pemecahan masalah (problem solving) dan team building.

Aktifitas tersebut tidak saja melatih kerjasama, komunikasi, dan kepemimpinan siswa namun membentuk kekompakan antar siswa sejak dini.

Mengubah tradisi masa orientasi dari budaya kekerasan menjadi gerbang persahabatan memang membutuhkan komitmen dan kerjasama dari seluruh pihak di sekolah. Dengan langkah-langkah yang terencana dan terukur, sekolah bisa menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan kondusif bagi seluruh siswa, sehingga mereka dapat fokus pada proses belajar dan meraih prestasi terbaik.

Perlu diingat bahwa masa orientasi mestinya menjadi momen penting untuk membangun fondasi karakter dan mental para siswa, sehingga sekolah harus benar-benar bertanggung jawab menjadikan kegiatan orientasi yang positif dan edukatif, dan menjadi awal para siswa baru memulai tradisi dan budaya positif di sekolah mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun