Penting untuk membangun kolaborasi yang melibatkan orangtua dan guru dalam peran aktif. Hal ini penting sebagai bentuk pengawasan dan membimbing anak-anak mereka. Sekolah bisa mengadakan sosialisasi dan edukasi kepada orangtua tentang pentingnya membangun karakter positif pada anak dan bahaya perundungan.
Keterlibatan aktif guru dalam setiap kegiatan orientasi juga tak kalah penting. Guru harus sigap dan proaktif dalam memantau interaksi antar siswa, serta berani menegur dan menindak tegas segala bentuk tindakan perundungan.
Salah seorang orangtua siswa menelepon saya, memberitahukan jika anaknya membutuhkan perhatian khusus. Sebagai siswa baru yang diharuskan rambutnya dipangkas rapi, ia justru berambut sedikit panjang. Rupanya sejak ia melakukan terapi kemo beberapa kali, seluruh rambutnya rontok dan disarankan oleh dokter memakai wig atau rambut palsu. Jika tidak ada koordinasi khusus antara orangtua dengan guru dan para panitia pendukung dari OSIS bisa saja terjadi salah sangka.Â
Dan disinilah perlunya komunikasi yang intens tersebut, sehingga kita bisa merekomendasikan solusi agar tidak menganggu teman-teman lain atau menimbulkan pertanyaan yang tidak perlu agar siswa tersebut tidak terganggu selama proses MPLS, atau sekolah bisa memberikan keringan khusus jika yang bersangkutan tidak bersedia mengikuti MPLS.
Masa orientasi bukan hanya tentang perkenalan lingkungan sekolah, tetapi juga momen penting untuk menanamkan nilai-nilai positif dan menumbuhkan rasa kebersamaan antar siswa.Â
Sekolah bisa merancang program orientasi yang edukatif dan kreatif, melalui kegiatan pemecahan masalah (problem solving) dan team building.
Aktifitas tersebut tidak saja melatih kerjasama, komunikasi, dan kepemimpinan siswa namun membentuk kekompakan antar siswa sejak dini.
Mengubah tradisi masa orientasi dari budaya kekerasan menjadi gerbang persahabatan memang membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh pihak di sekolah. Dengan langkah-langkah yang terencana dan terukur, sekolah bisa menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan kondusif bagi seluruh siswa, sehingga mereka dapat fokus pada proses belajar dan meraih prestasi terbaik.
MPLS dan P5, Membangun Profil Pelajar Pancasila Sejak Dini
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) juga menjadi kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai positif dan karakter yang sejalan dengan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang memuat enam elemen yaitu beriman, berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, dan bernalar kritis.
Bntuk kegiatannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan di masing-masing-masing sekolah. Bisa dalam bentuk kegiatan keagamaan seperti sholat berjamaah, belajar kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin. mengenalkan budaya dan tradisi dari berbagai daerah, atau kerja sama dalam tim dan saling membantu satu sama lain.Â
Atau dalam bentuk pelatihan untuk kemandirian siswa baru, seperti membuat rencana belajar, mengatur waktu, dan menyelesaikan tugas secara mandiri. Dan melatih kemampuan berpikir kritis siswa baru, seperti diskusi kelompok, pemecahan masalah, dan presentasi.
Kegiatan pembelajaran bisa berbasis proyek dengan cara siswa baru diajak untuk mengerjakan proyek bersama yang terkait dengan P5, seperti membuat poster tentang toleransi, melakukan aksi sosial untuk membantu masyarakat, atau membuat karya seni yang mencerminkan budaya Indonesia.
Siswa juga diajarkan untuk terbiasa berdiskusi tentang berbagai isu yang terkait sekolah, pengelolaan manajemen pribadi, Dan juga bisa menggunakan pendekatan berupa game yang edukatif yang dapat membantu mereka memahami nilai-nilai P5.