Sekar membayangkan semua orang yang ditemui di tempat mbah dukun IAn juga mendapat nasihat yang sama. Juga sambil membayangkan antrian yang panjang, betapa laris toko-toko penjual smartphone di kota Kitir. Tetapi Sekar tidak ingin mengembangkan pemikiran kemana-mana. Cukup dengan bersyukur, suaminya tidak pulang larut malam lagi.Â
Siang bolong di Kitir, Sekar ketamuan sahabat SMP  dengan  mata yang sembab. Seperti habis nangis tiga hari tiga malam. Dengan masih sesenggukan , menceritakan tentang suaminya sudah bulat-bulat akan menceraikan dirinya.Â
Sekar bersahabat dengan Mila sejak menjadi pelajar SMP di kota Kitir. Hanya saja setelah menikah Mila diboyong oleh suaminya ke kota Wadi, yang terletak si sebelah Selatan kota Kitir. Sekar jadi ingat mbah dukun IAn yang berhasil menolong perkawinannya. Siapa tahu bisa menolong sahabatnya juga.Â
"Baiklah," kata Mila, "Ayo ke mbah dukun IAn, siapa tahu aku juga cocok."
"Oh ya, ada syaratnya," kata Sekar.
"Apa?" tanya Mila
"Katanya harus membawa 1 kg telur dan 1 kg jahe," jawab Sekar
Setelah membeli telur dan jahe di pasar Kitir, Sekar mengantar Mila ke tempat mbah IAn. Sekali saja pernah ke tempat mbah dukun IAn, Sekar sudah sangat hafal. Pokoknya seberang gunung Kelutuk, masuk gang, sampai ke desa Watu Gepeng. Rumah mungil cantik yang ada pohon Gardenia Kuning, di sana mbah dukun IAn melakukan praktek.
"Ya ampun antrinya panjang sekali," kata Mila kaget.