Malam makin pekat. Kelelahan juga menyerang tubuhku. Rasanya aku tidak sanggup untuk membersihkan kamar ini sekarang. Aku butuh istirahat setelah menempuh perjalanan dari Surabaya pagi tadi. Akan tetapi di sini tidak ada hotel untuk menginap.
Saat aku bimbang, aku merasakan tanganku ada yang menyentuh. Aku terkesiap. Bola mataku membulat karena terkejut. Aku yakin ada yang menyentuh tanganku, tetapi aku tak melihat jelas ada manusia di sampingku. Sekalipun dalam keremangan aku pastikan saat ini sedang sendirian.
Tiba-tiba pintu depan diketuk beruntun. Jantungku makin berdebar kuat. Peluh mulai membasahi kening. Aku masih bergeming dan mencoba mengamati pintu depan dengan mata yang kubuka lebar. Siapa gerangan bertamu di saat rumah dalam kondisi gelap gulita. Pintu depan kembali diketuk, tetapi kali ini ada suara memanggil namaku. Aku sedikit lega. Minimal aku mendengar suara seseorang yang mengenaliku. Aku berjalan cepat membuka pintu.
"Mbak Mayang ...."
Dengan napas memburu aku mendapati Bapak yang tadi mengantarku. Aku berusaha mengatur napas. Tanpa bicara lagi, aku masuk ke dalam untuk mengambil tasku dan keluar.
"Pak, boleh saya menginap di rumah Bapak malam ini?" pintaku.
"Mbak Mayang kenapa?"
"Ayo, Pak. Nanti saya ceritakan."
***
Surya menunjukkan wajahnya beserta sinarnya yang menghangatkan. Melalui celah sempit sinarnya menerobos masuk ke kamar. Aku terbangun, memicingkan kedua mataku yang mengenai wajahku. Aku menggeliat dan mengumpulkan kesadaranku. Kembali aku mengingat apa yang telah terjadi malam tadi. Sentuhan itu ... ah, itu nyata sekali.
Aku bangun dari kasur. Membuka jendela dan mengirup udara segar. Otakku kembali mengingat kejadian semalam. Bulu kudukku meremang. Mendadak dingin menjalari seluruh tubuhku hingga aku mematung tak sanggup menoleh. Kembali aku merasakan seseorang sedang berdiri di belakangku.