Aku menghela napas. Endingnya mudah ditebak.
[Atau gini, deh. Sehabis aku ketemu dia, kita ketemu di tempat biasa. Nanti aku kabari. Sekarang aku harus sarapan dulu. Oke?]
Aku yakin Syifa sedang mengangguk tanda setuju. Walaupun aku tidak melihatnya, aku cukup hafal kebiasaannya jika memahami sesuatu.
[Oke!]
Tut ... tut ....
Kebiasaan jelek!
Aku kembali mendekati jendela dan memandang ke luar. Bibi masih di sana, sedang bicara cukup serius dengan seseorang. Aku melirik jam di pergelangan tangan. Masih banyak waktu untuk bertemu dengan Mbak Rara. Barangkali aku sekalian belanja kebutuhan di rumah ini, juga melihat koleksi buku anyar di toko buku.
Aku melangkah ke dapur. Sebelum sampai, aku melewati meja makan yang di atasnya sudah tersedia roti tawar dan cokelat hangat. Bukan main, Bi Min sudah menyiapkan semuanya.
"Non, sudah bangun?" tanya Bi Min tiba-tiba. "Mau pergi, ya?"
"Tadi itu siapa, Bi?" tanyaku tanpa mengacuhkan pertanyaannya.
"Yang mana?"