[Serlock-lah]
[Nggak. Rumahku ini gak ada di peta.]
[Pelit!]
[Biarin!]
[Aku kangen, tahu. Kamu minggat gak bilang-bilang]
Kembali aku tertawa kencang.
[Kalau bilang namanya minta izin, Ndut!]
Aku menyambung tertawaku sambil melangkah ke jendela. Menguaknya dan membiarkan angin berebut masuk ke kamarku. Tampak olehku Bi Min sedang duduk di bangku taman dengan seorang ibu. Sepertinya seumuran dengan Bibi.
Sementara di ujung telepon, Syifa masih saja merengek ingin bertemu denganku. Sahabatku itu seperti kehilangan semangat makan malam jika sehari saja tidak bertemu denganku.
[Fa, aku ada project. Klienku kali ini bukan orang sembarangan. Aku harus menjaga privasinya. Kamu ngerti kan, Sayang?]
[Berarti besar, dong, honor kamu?]