Bisa Mbak tulis kisah saya itu?
Hmm. Sejak novel keduaku gagal dari segi penjualan, aku diam-diam menjadi penulis cerita orang. Honor yang lumayan, tetapi menyisakan tanya. Sampai kapan aku menjadi ghost writer? Aku memutuskan berhenti. Beberapa permintaan terpaksa aku tolak.
Sudah sebulan aku kembali melanjutkan novelku. Sebelum Desember datang---sebelum ditelepon Mbak Re--aku kembali menyelesaikan novel ketigaku. Sebenarnya naskah sudah beberapa kali mengalami revisi dan kembali ditolak Mas Satya. Mereka mau ending yang dramatis. Menyentuh dan mengharu biru sehingga pembaca bisa dibuat baper. Semua ini barangkali imbas novel pertamaku. Mengulang sukses genre romance yang aku usung menular pada novelku berikutnya.
Aku ingin berbeda, ingin berubah. Aku ingin menyajikan sesuatu yang berbeda dengan sebelumnya, menunjukkan pada pembaca bahwa aku juga bisa menulis berbagai genre. Barangkali aku yang terlalu nekat bereksperimen.
+62823.xxxx.xxxx
Jika bersedia, saya siapkan dana lebih untuk Mbak
Pesan itu masuk lagi. Aku hanya diam memandangi deretan angka yang ditulis berikutnya. Huft. Nominal yang ditawarkan sungguh menggelitik sanubari. Sangat menggiurkan.
Ini godaan. Sebuah cobaan yang datang saat aku sedang kembali fokus menyelesaikan novelku.
Akan saya pertimbangkan
Menjadi ghost writer adalah posisi sampinganku. Dibayar menjadi "penulis kedua" itu lebih menantang---menurutku. Merangkai kata dan memintalnya menjadi paragraf indah hanya dengan menganalisis dan merekam semua yang dilihat maupun didengar.
Entah bermula dari mana sehingga beberapa email masuk memintaku untuk menuliskan kisah hidup mereka. Apa aku puas? Entahlah.