Sejak Indonesia memasuki era demokrasi, masyarakat yang tadinya acuh tak acuh dengan isu politik dan pemerintahan, sekarang semakin banyak yang concern. Termasuk diri saya secara pribadi.
Bagi kalian yang masa sekolahnya saat orde baru, tentu masih ingat bahwa kita pernah disuruh menghafal nama-nama menterinya Presiden Soeharto waktu SD, dan manut-manut saja kita hafalkan.
Berbeda kini, meski menteri sudah beberapa kali mengalami pergantian, orang-orang masih bisa mengetahui nama menterinya Presiden Jokowi. Bukan karena dipaksa menghafal, tapi karena melihat kinerja yangdipublikasikan oleh bantuan media massa dan sosial media. Begitu kira-kira analogi singkat dari pandangan saya.
Kali ini saya memberanikan diri menuliskan pendapat subjektif saya mengenai isu yang sedang hangat dibicarakan orang-orang, yaitu isu penangkapan 11 orang yang diduga makar. Beberapa dari mereka diketahui merupakan aktivis zaman orde baru.
Tujuh orang disangkakan melakukan makar dan pemufakatan jahat sebagaimana Pasal 107 juncto Pasal 110 juncto Pasal 87 KUHP:
1. Mayjen (Purn) Kivlan Zein
2. Adityawarman
3. Ratna Sarumpaet
4. Firza Husein
5. Eko
6. Alvin
7. Rachmawati Soekarnoputri
Satu orang dijerat dengan Pasal 107 juncto Pasal 110 KUHP terkait makar dan hate speech di YouTube:
8. Sri Bintang Pamungkas
Dua terduga kakak beradik dijerat dengan Pasal 28 ayat (2) juncto Pasal 45 ayat (2) UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE, yang berkaitan dengan ujaran kebencian, menyebarluaskan info permusuhan ke individu, isu SARA:
9. Jamran
10. Rizal Kobar
Tambahan satu orang, dijerat dengan Pasal 207 KUHP tentang Penghinaan terhadap Penguasa:
11. Ahmad Dhani Prasetyo
Mari kita bersama-sama flashback dengan menyaksikan video YouTube ini, bagaimana aksi SBP menghasut, mengeluarkan pernyataan rasis secara eksplisit seperti ujaran CINA, dan lain sebagainya. Bahkan Presiden Jokowi pun turut kena imbasnya.
Entah kenapa, menyaksikan video tersebut membuat hati saya bagai tersayat-sayat. Saya bukan pendukung Ahok. Come on, siapapun yang mendengar bentuk hate speech seperti itu pasti akan sakit hatinya, tapi apa boleh buat, saya hanya bisa mengelus-elus dada.
Dan kemudian SBP mencoba menarik simpati publik dengan menyebarkan video penangkapannya, yang (seolah-olah) ala-ala pencidukan orde baru.
Siapapun kalian dan berdiri di pihak manapun, entah pendukung aksi damai atau tidak, NKRI sedang dalam kondisi baik-baik saja. Setidaknya sebelum ‘kesebelasan’ ini menghasut sana sini.Â
Bangsa Indonesia, mau pemimpin seperti siapa, Obama? Erdogan? Nelson Mandela (alm.)? Angela Merkel? Atau sang pemimpin peraih nobel perdamaian, Aung San Suu Kyi yang gagal melindungi minoritas muslim di Myanmar?
PERCAYALAH BUNG, tidak ada satu pun pemimpin hebat di dunia ini yang bisa menjadi hebat ketika mereka memimpin Indonesia. Kita adalah bangsa yang heterogen, belum lagi letak geografis tiap wilayah yang dipisahkan lautan. Susah memimpin Indonesia untuk menjadi satu pikiran. Sama susahnya menyamaratakan kualitas pendidikan antar wilayah di Indonesia.
Negara yang besar kalau rasnya cuma 1 jenis, agamanya cuma 1 macam, dan wilayah antar daerahnya masih ada di 1 daratan, mungkin pemerintahnya akan lebih mudah. Ya jelas seperti kita lihat di negara Amerika Serkat, Kanada, Rusia atau Turki.
Tidak bisa pemimpin Indonesia itu menjadi hebat bagi bangsa kita sendiri, tidak Jokowi, tidak pula Prabowo!
PERCAYALAH BUNG, tidak ada satu pun pemimpin di Indonesia yang bisa menjadi hebat ketika memimpin Ibu Kota Jakarta. Tidak Ahok, tidak pula Jokowi (mantan gubernur), tidak pula pemimpin sebelum-sebelumnya, Fauzi Bowo atau Ali Sadikin. Mereka semua tidak pernah menjadi terlalu hebat dan tidak pernah sangat sempurna bagi Jakarta.
Menurut pendapat subjektif saya, beberapa dari 11 terduga itu memiliki track record sebagai pimpinan partai, tapi kemudian partainya ‘tenggelam’ (baca: tidak pernah dapat jatah di pemerintahan). Saya menilai bahwa mereka terlalu pongah dengan menyamakan pemerintahan orde baru dengan pemerintahan sekarang. Okelah, saya hargai perjuangan mereka dahulu yang telah menjadi bagian dari rakyat dalam upaya menggulingkan pemerintahan otoriter pada saat itu.
Tapi mengingat upaya perjuangan mereka tidak diganjar dengan kekuasaan setimpal sebagaimana yang mereka dambakan, mungkin siapapun pemerintahnya, bahkan apabila Prabowo yang menjadi presiden, akan tetap mereka kritik kinerjanya.
Lain bulu lain belalang, lain dulu lain sekarang…
Sudah tidak perlu diungkit-ungkit lagi kebobrokan pemerintah orde baru seperti apa. Bahkan tinggal googling saja, dan voila… semua informasi yang ingin kita ketahui terbuka.
Pemerintah Jokowi-JK sedang bekerja sebagaimana diamanatkan rakyat. Mari kita syukuri itu terlebih dahulu. Strategi menjalin komunikasi dengan merangkul oposisi, pun berjalan dengan lancar. Hal yang paling penting, pembangunan masih tetap berjalan semestinya, dan upaya pemberantasan korupsi sedang diupayakan.
Saya tidak mencoba membela pemerintah Jokowi-JK, tapi sekali lagi saya ingatkan kembali, tidak akan pernah ada satupun pemimpin di dunia ini yang bisa menjadi hebat ketika memimpin Bangsa Indonesia.
Orde baru jilid 2, hayolah!!!
Bahkan kejadian kerusuhan dan penjarahan di salah satu minimarket di wilayah Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara pasca Aksi Damai 411 lalu, pasti ada pihak yang sedang trial and error (seolah-olah) menampilkan kembali drama kerusuhan ala-ala orde baru.
PERCAYALAH BUNG, NKRI sedang dalam kondisi baik-baik saja.
Meskipun mungkin lho ya, kita sesekali ingin tertawa (miris) melihat naiknya kembali Setya Novanto menjadi Ketua DPR, dan menendang Ade Komarudin yang telah berusaha bersikap netral di tengah panasnya isu politik saat ini.
Tapi yang paling penting, janganlah mencoba mancing-mancing keributan di tengah bangsa ini. Tidak dengan alasan penistaan agama, tidak dengan alasan pemerintah tidak becus atau berpihak ke satu ras saja.
Jangan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H