Mohon tunggu...
Roro Asyu
Roro Asyu Mohon Tunggu... Freelancer - #IndonesiaLebihLemu

suka makan, suka nulis, suka baca, tidak suka sandal basah www.rinatrilestari.wordpress.com www.wongedansby.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berubah!

18 Oktober 2010   03:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:20 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Kali ini kamu tidak akan bisa lolos. Bersiaplah!"

"Ha...ha...ha. Jangan sombong dulu anak muda, kamu belum tahu kekuatanku sebenarnya."

Dua orang terlihat sedang berhadapan saat ini. Si gadis terlihat tenang di posisinya sementara lawannya juga tak mau kalah. Matanya menatap tajam, seolah tak ingin luput mengawasi musuhnya.

"Mampus kau!" teriaknya.

Si gadis berkelit, mencoba menghindari serangan. Tubuhnya yang ramping tampak lincah, melompat dan sesekali menendang.

"Nit! Nita! Bangun Nit!"

***

Dua anak muda terlihat duduk, diam. Sore seperti ini sudah banyak yang meninggalkan kampus, waktu yang tepat bagi Doni untuk mengutarakan isi hatinya.

"Kamu sayang aku nggak sih? Kamu tahu kan kalau selama ini aku sayang sama kamu. Nggak usah pura-pura nggak tahu deh," kata Doni.

Nita menarik nafas, panjang. Mereka berteman sejak kecil dan Nita tahu betul Doni tidak sedang main-main. Ditatapnya cowok di depannya itu. Dia begitu baik, batinnya.

"Aku nggak bisa," kata Nita pelan.

"Kenapa?"

"Kamu nggak tahu siapa aku. Ada satu hal yang kamu nggak tahu dan aku nggak bisa mengatakan padamu."

"Apa kamu sedang mencari alasan?"

"Nggak. Aku..." Nita tak melanjutkan katanya.

"Sudahlah, kamu memang nggak pernah ngerti perasaanku."

Doni berdiri dan langsung meninggalkan Nita. Bukan tidak mau tapi Nita tak bisa mencegahnya. Biarlah Doni membencinya daripada dia harus menderita, batinnya berkata.

"Kamu nggak papa?"

Tanpa Nita sadari seseorang tiba-tiba sudah muncul di sampingnya. Seseorang yang dikenalnya. Ditatapnya laki-laki itu sebentar sebelum kembali menatap kursi kosong di depannya.

"Aku tahu ini berat tapi kamu pasti bisa. Semua juga demi kebaikannya. Pengorbananmu tidak akan sia-sia."

"Aku tahu tapi kadang begitu sulit. Makasih ya sudah mengingatkan."

Laki-laki itu tersenyum sambil mengelus-elus kepalanya yang gundul.

***

Kuliah baru saja dimulai ketika tiba-tiba suara dering handphone mengusik ketenangan kelas. Semua mata tertuju pada Nita, membuat gadis itu tergagap. Buru-buru diobrak-abrik tasnya untuk mengambil handphonenya.

"Maaf Pak," katanya sambil meminta diri keluar dari kelas.

Doni yang duduk di sampingnya ikut-ikutan berdiri. Diraih tas dan bukunya dan segera mengejar Nita yang terlihat begitu tergesa-gesa.

"Nita! Tunggu!"

"Apalagi sih Don? Aku sedang terburu-buru, tolong jangan ganggu aku saat ini," katanya tanpa menghentikan langkah.

"Kamu berubah," kata Doni sedikit berteriak.

Manjur karena Nita langsung menghentikan langkahnya. Dibalik badannya dan ditatapnya cowok di depannya itu.

"Baiklah jika kamu memaksa. Sebenarnya aku..." belum sempat Nita melanjutkan kata-katanya handphonenya kembali berdering, kali ini semakin nyaring.

"Kamu apa?" desak Doni.

"Aku..."

Nita semakin bingung. Handphonenya terus saja menyala. Kali ini mengeluarkan sinar merah muda.

"Aku harus pergi."

"Tunggu!" teriak Doni.

Tidak ada waktu lagi. Dia sedang dibutuhkan saat ini. Tanpa pikir panjang lagi Nita langsung bersiap-siap. Biarlah Doni tahu, batinnya.

[caption id="attachment_293360" align="alignleft" width="250" caption="Ranger Pink berubah! (diambil dari google)"][/caption]

"Berub...akh!" pekiknya.

"Nita!"

Karena terlalu tergesa-gesa Nita tidak menyadari kalau dia sedang berada di bibir tangga. Alhasil tubuh rampingnya langsung jatuh bergulingan.

Gubrak.

"Aduh!"

"Ya ampun, apa-apan sih kamu?"

Saskia membantu temannya itu bangun.

"Mimpi lagi? Apa? Ranger Pink? Duh, yang bener dong Nit. Kamu tuh sudah gede, inget umur."

"Orang jatuh, sakit, malah diomelin," gerutu Nita.

"Salah sendiri. Makanya jangan banyak ngayal. Sebelum tidur itu berdoa, jangan baca komik mulu. Oh iya tadi temenmu telpon, yang gundul itu sapa namanya? Zordon?"

"Andra."

"Yah, whatever. Katanya besok ditunggu di base camp."

Saskia masih saja mengomel. Sudah setahun lebih mereka berbagi kamar kos dan hampir setiap hari dia harus membangunkan sahabatnya itu. Nita memegangi punggungnya yang sakit karena terjatuh dari ranjang. Entah sampai kapan mimpi buruk ini berakhir, batinnya.

***

*Buat para ranger, "Mari kita selamatkan dunia!"

Ranger Pink beraksi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun