Aku mempercepat langkahku menuju stasiun, airmataku meleleh menahan kecewa yang terlalu sempurna. Seolah aku sebagai badut yang datang ke acara reuni mereka berdua. Dan selebihnya, tentang Aito-senpai mungkin memang ia tak pernah menyukaiku seperti yang aku rasakan.
Biar angin mengoyak rapinya rambutku, aku terus berlari hingga lelah. Aku kecewa atas harapan delapan tahun tentang pertemuan kali ini.
“Yumiko!” suara Aito-senpai kembali menghentikan langkahku. Aku akan membencinya setelah hari ini. Tapi, “Tapi aku tak bisa melewatkannya, jika itu harus menjadi pelukan terakhir kami.” Aku menahan kalimat itu bersama airmata. Lelaki itu berjalan ke arahku.
“Yumiko, apa perasaanmu berubah hanya karena aku bukan orang yang menolongmu?”
“Aku hanya…”
“Apakah kamu mau memilih?”
“Aku tidak bisa. Aku tidak mengenal Kumamoto-senpai.”
Aku menatapnya dengan wajah basah. Lelaki itu semakin mendekat.
“Apa kamu keberatan untuk memilih?”
“Aku tidak bilang ini berat, aku hanya kecewa. Kalian membuatku seperti orang bodoh!”
“Yumiko, menikahlah denganku.”