“Cerita apa lagi ini?”
“Dia datang.”
Aito-senpai menunjuk ke belakangku lalu melambaikan tangan. Sementara airmataku telah menggantung namun aku berusaha menahannya. Aku duduk diantara dua fakta yang tak bisa kucerna – tentang hubunganku dan Aito-senpai juga kebohongannya, lalu tentang Kumamoto-senpai dan segala hal yang tak pernah ku ketahui awal mulanya.
Lelaki kedua telah datang dan aku menjawab sapaannya seperti biasa. Setelah beberapa menit berlalu aku seperti orang bodoh yang berdiri diantara para pembohong. Aku muak, bahkan sangat ingin beranjak jika saja bukan karena Kumamoto yang menjelaskan beberapa hal yang ingin aku mengerti.
“Yumiko, aku menyuruh Aito menungguimu siang itu karena aku ada ujian. Tapi aku harap itu tidak merubah hubungan kalian saat ini.”
“Mengapa Senpai memintaku untuk menjadi manajer tim kalian?”
“Itu hanya sebelum aku tahu bahwa kamu menyukai Aito juga.”
“Kalian mempermainkan perasaanku dengan cara seperti ini.”
“Yumiko, Kumamoto hanya berbicara apa adanya.”
Aku sibuk dengan pikiranku yang tak menentu. Sementara mereka berdua menatapku untuk menanti jawaban. Sebuah permainan kotor yang sangat tidak adil untuk penantianku selama ini.
“Baiklah, tak ada lagi yang harus kita bicarakan. Aku terlalu sibuk hari ini. Selamat tinggal.”