Mohon tunggu...
Kurniasih
Kurniasih Mohon Tunggu... Administrasi - pengajar dan penulis

Rinai Kinasih adalah Kurniasih. Menulis adalah untuk berbahagia. Tak lupa juga untuk mencintai pepohonan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekadar Bicara atau Mengalami Spiritualitas?

4 Maret 2017   19:48 Diperbarui: 8 Agustus 2017   14:59 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan tersebut muncul dari alur yang terdapat di dalam Bee Season,ketika persoalan spiritualitas muncul ke permukaan pada saat semua anggota keluarga Saul mengalami stres yang memuncak akibat dari persoalan keluarga, yang tampak halus tapi sebenarnya membuat mereka tidak bahagia.

Persoalan keluarga terbuka ketika Eliza mulai terus menerus memenangi perlombaan mengeja. Perhatian Saul secara drastis beralih hanya kepada Eliza. Mimi, sang istri, yang wataknya cenderung diam dan bahkan kompulsif memperlihatkan gejala yang tidak sehat. Mimi, yang memiliki latar belakang kurang menyenangkan karena ayah dan ibunya tewas dalam kecelakaan mobil, seringkali keluyuran di luar rumah serta memasuki rumah-rumah orang lain untuk mengambil benda-benda yang ia inginkan. 

Benda-benda tersebut disusunnya menjadi gantungan panjang yang akan berbunyi dan berkilau ketika digerakkan oleh tangan. Mimi tidak pernah bisa berbicara banyak kepada anggota keluarganya, sehingga ia hanya bisa diam tertekan. Di bawah tekanan tersebut, sesuai dengan ucapan yang diajarkan oleh Saul, Mimi merindukan cahaya. Cahaya yang ia peroleh dari pendaran dan kilauan benda-benda yang dikoleksinya.

Sedangkan Aaron, diam-diam berusaha untuk mengalihkan kekecewaannya terhadap Saul, yang semakin tidak peduli kepadanya, dengan menjalani ritual-ritual agama yang berbeda. Ia mencoba mengikuti Misa, tetapi ia masih gelisah. Kemudian Aaron pun membaca literatur mengenai ajaran Hindu. Aaron secara mudah bisa masuk kedalam perkumpulan penganut Hindu dan mengikuti ritual mereka dengan menjadi (Hare Krishna). Setelah melakukan beberapa ritual Hindu, seperti Mantra,Aaron menjadi lebih tenang dan tak lagi terjebak ke dalam ritual yang kosong tanpa makna. Tapi seiring dengan itu, Aaron menyadari bahwa Saul adalah seorang ayah yang terlalu memaksakan kehendaknya kepada semua anggota keluarganya, yaitu kepada Mimi dan Eliza. Apalagi setelah Saul mengetahui Aaron mengikuti perkumpulan Hindu, sehingga Saul murka dan menyeretnya untuk keluar dari perkumpulan itu. Aaron semakin yakin bahwa dirinya, Mimi dan Eliza sedang dibersihkan otaknya oleh Saul.

Sementara itu, Eliza adalah satu-satunya anggota keluarga Saul yang menghadapi persoalan dengan kepala dingin. Ia menerima dan menikmati ajaran yang sedang diberikan oleh Saul kepada dirinya. Eliza bahkan ketagihan dalam melakukan ritual untuk mencapai Shefa.Sebelum pelombaan tingkat nasional dimulai, Eliza diam-diam mengikuti kelanjutan ritual yang diajarkan ayahnya sendirian. Hasilnya adalah ia menggelepar-gelepar dan pingsan. Tampaknya kata-kata yang ia ucapkan berulangkali tersebut telah membuatnya tak mampu mengontrol kesadaran dirinya. Ia bisa memasuki alam psikisnya dan memandang kehidupannya sendiri secara lebih jelas.

Sedangkan sang pewarta Tikkun Olam itu sendiri, yaitu Saul ternyata hanya mampu berbicara mengenai wacananya saja. Spiritualitas dan mistisisme yang ia kemukakan hanya berhenti pada pembicaraan saja. Seperti yang dikatakan oleh Mimi kepadanya ketika ia berada dalam perawatan rumah sakit, “Kau hanya mampu bicara dan bicara dan bicara dan bicara. Tetapi kata-katamu itu sebenarnya adalah kata-kata yang kosong. Itu semua tidak keluar dari hatimu, bukan?” Memang bila dibandingkan dengan keluarganya, Saul tidak pernah terjun langsung kedalam mistisisme tersebut kecuali sebagai dosen dan peneliti. 

Saul hanya larut dalam pembicaraan mengenai mistisisme yang ia agung-agungkan tanpa pernah mengalaminya sendiri. Bahkan Eliza-lah yang mengecapnya. Namun demikian, konflik yang terjadi di antara dirinya dan keluarganya mampu melemparkannya kedalam jalan untuk menuju spiritualitas yang bukan hanya di bibir saja. Bahkan Eliza tampak memiliki rencana terselubung dengan perlombaan mengejanya. Ia melihat bahwa Saul sedang terbuai dengan kemenangan-kemenangan yang diperolehnya, sehingga Saul malah mengabaikan kehangatan dan perhatian kepada keluarganya. Eliza tampak secara sengaja untuk kalah. 

Ketika ia sedang berada pada penentuan kemenangan, yaitu ketika ia harus mengeja kata “origami”, padahal kata tersebut sempat diberikan oleh ayahnya sebagai latihan mengeja sebelum perlombaan dimulai. Di dalam imajinasi Eliza muncul seekor burung yang terbuat dari kertas, origami, yang menunjukkannya untuk mengucapkan huruf demi huruf. Tetapi ketika satu huruf terakhir akan diucapkannya, yaitu huruf “i”, sementara burung di dalam imajinasinya sudah menunjukkan secara jelas huruf tersebut, Eliza malah mengucapkan huruf “Y”. sudah jelas pengucapan itu salah sehingga membuatnya kalah. 

Tetapi kekalahan tersebut adalah kebahagiaan Eliza terutama setelah melihat Saul yang kontan memeluk Aaron sambil menangis terluka karena kesalahan yang dilakukan Eliza. Mimi yang melihat kekalahan tersebut dari layar televisi pun merasa lega dan bahkan malah bangga terhadap Eliza. Kemenangan adalah kehancuran bagi diri Saul. Eliza telah berhasil mengajak ayahnya kepada kegagalan yang pada akhirnya meruntuhkan obsesinya yang membuatnya mengabaikan banyak hal, terutama keluarganya sendiri. 

Dalam hal ini, Saul mengajak Eliza untuk mengecap keindahan spiritualitas. Sedangkan Eliza-lah yang mengajak Saul untuk turut mengecap kegagalan tapi pada akhirnya mampu membuat Saul mengalami sesuatu yang lebih dalam. Sikap Eliza tersebut terinspirasi oleh kata-kata Aaron, “Kamu harus melupakan ayah karena ia hanya memanfaatkan kita.” Aaron pun menyadari bahwa ayahnya terbuai oleh kata-katanya sendiri. Dalam hal ini di dalam keluarga Saul memperlihatkan secara lengkap proses untuk mencapai spiritualitasnya, mulai dari pembicaraan hingga mengalaminya.

II

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun