Mohon tunggu...
rimarahmawati
rimarahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pilar - Pilar Pendidikan

20 Desember 2024   17:40 Diperbarui: 20 Desember 2024   17:40 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Learning To Know (Belajar Untuk Mengetahui)

Pilar Pengetahuan Pembelajaran berfokus pada pengembangan keterampilan intelektual, penalaran, dan berpikir kritis sebagai landasan utama  pembelajaran. Pilar ini bertujuan membantu individu memahami dunia dengan mengeksplorasi pengetahuan dari berbagai sumber formal dan informal. Dalam bukunya ``Pendidikan untuk Abad 21'' (2002), Tilard mengatakan bahwa ``belajar mengetahui'' berarti tidak hanya memperoleh informasi, tetapi juga  berpikir analitis tentang hubungan antar konsep juga berfokus pada kemampuan memperdalam pemahaman. . Pendidikan berbasis  masalah adalah pendekatan yang efektif untuk meningkatkan keterampilan ini.

 Teknologi Pendidikan di Era Digital oleh Hidayat dan Kurniawan (2018) membahas bagaimana teknologi seperti e-learning telah menjadi alat penting untuk mendukung pengembangan keterampilan intelektual siswa. Buku tersebut menekankan bahwa mengintegrasikan teknologi pendidikan memungkinkan akses terhadap sumber pengetahuan global, meningkatkan keterampilan berpikir kritis, dan memungkinkan siswa memahami konteks global. Misalnya, aplikasi pembelajaran online memberikan keleluasaan bagi siswa untuk belajar mandiri dan mengeksplorasi materi sesuai kecepatan mereka sendiri.

Namun praktik belajar mengetahui juga menghadapi tantangan besar, terutama di daerah tertinggal. Dalam bukunya Pendidikan dan Pembangunan Nasional, Hasan (2017) mengemukakan bahwa terbatasnya akses terhadap pendidikan formal di daerah terpencil seringkali menghambat pemerataan kualitas pembelajaran. Kurangnya fasilitas pendidikan, rendahnya kualitas guru, dan terbatasnya infrastruktur teknologi menjadi kendala utama. Selain itu, Sparlan mengemukakan dalam Multikulturalisme dalam Pendidikan (2004)  bahwa  salah satu faktor yang menghambat keberhasilan pilar ini adalah kurikulum yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Wibowo,

Jurnal Cakrawala Pendidikan  (2018) memperkuat pandangan tersebut dengan menyatakan bahwa perkembangan "learning to know" di Indonesia memerlukan dukungan kebijakan pendidikan yang lebih komprehensif. Jurnal tersebut juga menyoroti bahwa kolaborasi antara pemerintah dan  swasta dalam penyediaan teknologi pendidikan dapat menjadi solusi  efektif untuk mengatasi hambatan akses di daerah terpencil. Sementara itu dalam Jurnal Pendidikan Indonesia, Setiawan (2020) menyoroti pentingnya pelatihan guru dalam pemanfaatan teknologi pendidikan untuk mendukung pembelajaran berorientasi kritis.

Pembelajaran pengetahuan bukan hanya sekedar pilar pendidikan yang menitikberatkan pada perolehan informasi, namun juga merupakan proses pembelajaran yang melatih  berpikir kritis dan logis. Optimalisasi implementasi memerlukan pendekatan holistik, termasuk pemutakhiran kurikulum, penguatan teknologi pendidikan, dan pemerataan akses pendidikan, terutama bagi sektor marginal. Langkah ini  memastikan bahwa semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang secara.

Learning to Do (Belajar untuk Melakukan)

Pilar ini berfokus pada kemampuan individu untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh pada situasi dunia nyata, seperti  dunia kerja atau kehidupan sehari-hari. Konsep ini sangatlah penting, terutama mengingat dinamika sosial dan ekonomi yang terus berubah di era globalisasi dan digitalisasi saat ini.

Buku Education for Working Life karya Mulyasa (2013) menjelaskan bahwa pilar ini erat kaitannya dengan pengembangan pelatihan vokasi sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Bapak Muryasa menekankan bahwa pelatihan kejuruan harus dirancang untuk memberikan keterampilan teknis,  kerja sama tim, dan pemahaman praktis tentang lingkungan kerja. Contohnya termasuk pelatihan kejuruan praktis di sekolah kejuruan dan simulasi industri.

Hidayat dan Kurniawan (2018) juga menekankan pentingnya learning to practice dalam konteks teknologi dalam bukunya Pendidikan Karakter di Era Digital. Mereka menjelaskan bahwa memasukkan teknologi ke dalam pendidikan dapat meningkatkan keterampilan praktis siswa, seperti literasi digital dan kemampuan memecahkan masalah. Teknologi ini memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara berbasis proyek yang menumbuhkan kreativitas dan inovasi.

Dalam Supriyadi, Pengelola Pendidikan  dan Pelatihan Vokasi (2016), penulis berpendapat bahwa pilar ini dapat dilaksanakan melalui kolaborasi antara  pendidikan dan industri. Pak Supriyadi mengatakan sinergi ini penting dalam menciptakan program pelatihan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Salah satu contohnya adalah sistem ganda yang menggabungkan pembelajaran teori di sekolah dengan praktik langsung di tempat kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun