Sebuah pertanyaan menggelitik kita.
Kenapa istri (wanita) itu lebih banyak bertutur kata ketimbang suami (lelaki) ?. Kita tidak tahu jawaban yang pasti.
Namun, saya menduga kuat, hal ini terkait dengan adanya perbedaan struktur otak antara laki laki dan wanita yang  diterangkan di dalam ilmu neurosains sebagaimana diuraikan oleh dr.Trini di bagian akhir buku tersebut.
Pada halaman 85-86, dr.Trini menulis bahwa struktur otak laki laki dan perempuan memiliki perbedaan terutama pada ( bagian yang disebut dengan) Corpus callosum,.......Dalam penelitiannya, Sandra F. Witelson seorang profesor ilmu syaraf di Mc Master University menemukan bahwa Corpus callosum sekitar 30 % lebih tebal pada perempuan dibandingkan laki laki.
Tebalnya tersebut dominan berada di area keterampilan linguistik.....Dalam berbahasa, Corpus callosum yang lebih tebal menjadikan perempuan ketika berbicara bisa lebih lancar dan tidak terbatas dalam makna serta tidak fokus atau terpaku pada satu topik pembicaraan.
Mungkin karena inilah, emak emak sering diberi label 'cerewet' , soalnya mereka  memiliki kemampuan untuk berbicara lancar tanpa batas serta dapat berbicara dengan beragam isu pembicaraan sekaligus.
Kebahagiaan dan mengontrol bahasa
Pelajaran penting yang dapat kita petik dari uraian di atas ialah bahwa ternyata kata kata yang diucapkan baik oleh istri maupun suami dalam hubungan komunikasi  diantara keduanya, dapat memicu perselisihan dan pertengkaran sehingga berujung kepada gugatan perceraian di pengadilan.
Tentu saja, siapapun tidak menginginkan dan tidak berbahagia dengan adanya perceraian.
Terkait dengan korelasi antara bahasa dan kebahagiaan ini, Â saya teringat dengan ucapan Chalmers Brothers di dalam bukunya yang berjudul Language and The Pursuit of Happiness ( Bahasa dan Pencarian Kebahagiaan ).
Beliau mengatakan bahwa bahasa dapat membuat hati bahagia dan berduka. Jadi, jika kita ingin bahagia dalam hidup, ciptakanlah bahasa bahasa atau cerita cerita baik dan selalu membangun prasangka positip.
KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat di dalam bukunya 'Doa dan Kebahagiaan, Etika Memohon Kepada Allah dan Menyikapi Kesulitan Hidup', menitipkan pesan buat kita semua :
'Kebahagiaan dan ketakbahagiaan kita bisa muncul dari bahasa atau cerita cerita yang kita bangun sendiri.
Pertengkaran pertengkaran suami - istri misalnya, bermula dari bahasa dan cerita cerita yang mereka bangun masing masing.
Lalu, pertengkaran itu mereda atau justru memburuk tergantung bagaimana bahasa bahasa yang terbangun di tengah pertengkaran tersebut'
'Maka, lanjut beliau,'salah satu kiat mengendalikan amarah adalah mengontrol bahasa yang dipergunakan di tengah kemarahan' , dan - menurut saya - juga di tengah kebencian, khususnya dalam hubungan suami dan istri.