Pandangan Ilmiah Manusia
Dalam Pandangan Ilmiah Manusia atau the Scientific View of Man, fakta yang paling nyata menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk fisik / material.
Setiap detik manusia memastikan keberadaannya bahwa ia beroperasi secara material di dunia ini dengan panca inderanya yang dibatasi oleh batasan ruang dan waktu.
Pandangan ilmiah tentang manusia memandang kondisi manusia dalam segala fenomena materialnya semata. Pandangan ini secara reduktif mengasumsikan bahwa metode penalaran induktif, dibantu oleh metode ilmiah dan ditafsirkan oleh panca indera, merupakan cara "terbaik" untuk mengetahui hal-hal yang "nyata".
Aristoteles pernah secara tegas mengatakan bahwa semua bentuk pembelajaran dimulai dalam panca indera. Tidak ada yang salah dengan memulai perspektif ilmiah untuk memahami manusia. Namun, yang salah dan bermasalah adalah ketika kita berhenti pada pandangan ini dan tidak mengakomodir pandangan lainnya.
Pandangan Filsafat Manusia
Untuk memahami manusia secara filosofis diperlukan diskusi tentang makna yang tepat dari kata "person" atau "pribadi" dan"nature" atau "kodrat."
Ketika kita berbicara tentang manusia, kita tidak dapat menyebut "kodrat" tanpa menyebut "pribadi" dan segala yang terkait dengannya.
Hal penting pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa pribadilah yang memiliki kodrat dan bukan sebaliknya. Meskipun para psikolog berbeda pendapat bahwa sifat tidak merasuki seseorang.
Kodrat menjawab pertanyaan tentang "apa-kah manusia itu", sementara individu lebih menjawab pertanyaan "siapa-kah` manusia. Pertanyaan yang tidak bisa dijawab dalam satu kali selam.
Semua makhluk memiliki kodrat. Ketika kita bertanya `apakah` makhluk itu, kita bertanya tentang kodratnya. Namun, tidak setiap makhluk adalah pribadi, tetapi hanya makhluk rasional yang merupakan pribadi.