Oleh: Rikard Djegadut*)
Pertanyaan siapakah manusia, setidaknya membawa kita menyelami tiga (3) jenis sudut pandang tentang manusia.
Namun pertanyaan lanjutan yang sangat esensial dan subtantif adalah mengapa pertanyaan tentang "siapakah manusia itu begitu penting diajukan?"
Berkunjung sebentar ke pemikiran filsuf besar abad Sebelum Masehi (SM), Heraclitus, ia mengatakan bahwa matahari hanyalah selebar kaki manusia. "The sun is the width of a human foot".
Dalam konteks ini, Heraclitus menegaskan tentang posisi vital dan superioritas manusia dalam perputaran kehidupan di dunia ini. Heraclitus mengagungkan superioritas manusia sebagai subjek atas segala yang ada.Â
Konsep ini kemudian diadopsi filsuf besar era berikutnya yakni Protagoras, seorang pemikir ulung yang telah mempengaruhi pemikiran Plato dan Aristoteles.Â
Filsuf yang terkenal dengan ajaran metempsikosis, sebuah keyakinan bahwa setiap jiwa itu abadi dan setelah kematian jiwa tersebut akan masuk ke tubuh yang baru ini mengatakan bahwa "manusia adalah ukuran dari segala sesuatu".
Kedua pandangan filsuf di atas menegaskan betapa manusia itu penting, sehingga segala pemahaman tentangnya perlu dimengerti secara holistik dan komprehensif.
Nah, kembali ke pertanyaan siapakah manusia itu, harus dibedah dari tiga sudut pandang atau point of view atau juga disebut perspektif.
Jika kita bisa mendapatkan tiga pandangan manusia dalam urutan yang tepat dan memberi mereka bobot yang tepat, alhasil kita dapat melihat bahwa ketiga pandangan itu dimaksudkan untuk saling melengkapi dan melayani satu sama lain.
Pemulihan pemahaman otentik tentang sifat sejati pribadi manusia sangat penting. Nyatanya, kelangsungan hidup Peradaban Barat bergantung padanya.