“Ada banyak, Dik. Sini, di sebelah sini. Kamu lihat-lihat aja dulu.” Bapak itu dengan ramah melambaikan tangannya ke Adi untuk pindah ke bagian samping kanan etalase kios tersebut.
“Wah, mahal-mahal semua ya.” Ujar Adi sambil menggaruk-garukkan kepalanya yang tidak gatal.
“Emangnya kamu cari cincin yang seharga berapa, Dik?” Bapak penjaga kios itu menatap Adi dengan penuh penasaran.
“Saya cuma ada segini, Pak. Adi mengeluarkan uang sepuluh ribuan lecek sebanyak tiga lembar dari kantong celananya.” Ia menunjukkan uang tersebut kepada Bapak itu dengan malu-malu.
“Wah kalau cuma tiga puluh ribu engga ada cincin yang dijual seharga itu di sini, Dik.” Kata bapak setengah tua itu setelah melihat jumlah uang di tangan Adi.
“Oh baik Pak, kalau gitu nanti saya balik lagi ke sini kalau uangnya cukup.” Adi pun bergegas pamit keluar dari toko itu dengan perasaan gundah.
“Berarti aku harus lebih giat lagi menarik becaknya.” Gumam Adi berbicara pada diri sendiri.
Mendengar hal itu, bapak tua itu terketuk hatinya dan langsung memanggil Adi.
“Dik! Dik! Sini Dik! Saya ada cincin yang mungkin kamu mau.” Panggil bapak itu sambil membetulkan letak kacamatanya di hidungnya.
Adi dengan ragu-ragu menghampirinya.
“Beneran Pak? Tapi saya cuma punya uang tiga puluh ribu.” Sahut Adi tidak percaya diri.