Mohon tunggu...
Rika Salsabila Raya
Rika Salsabila Raya Mohon Tunggu... Lainnya - Jurnalisme dan ibu dua anak

Pernah bekerja sebagai Staff Komisioner Komnas Anak dan Staff Komunikasi di Ngertihukum.ID

Selanjutnya

Tutup

Horor

Misteri Perempuan Hamil dengan Mimpi Bersetubuh

1 September 2023   13:48 Diperbarui: 1 September 2023   14:04 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

2 jam bukan waktu yang cepat untuk menunggu di sebuah stasiun kereta yang ramai oleh warga commuter di Bogor. Stasiun dengan etnik lama dihiasi debu di sekeliling peron membuat hati Yanti tak karuan menunggu Hadi, suami tercinta yang baru selesai di perantauan. 

Kereta dari Jakarta terus berdatangan namun wajah Hadi tak pernah muncul, apa si suami menolak bertemu Yanti yang sedang hamil 5 bulan itu? 

Tiba-tiba Hadi mengirim pesan melalui ponsel Tiongkok warna Hitam milik Yanti itu. 

"Neng, maaf belum bisa pulang. Teman sakit jadi ganti cuti, mandor gak bisa kasih izin". Hadi hanya mengirim pesan tanpa menelepon setelahnya. 

Perantauan memang keras, pekerjaan sebagai pekerja bangunan gedung tinggi di Jakarta mungkin membawa banyak peluang tapi tidak dengan hati yang kesepian. 

----

Seperti malam-malam sebelumnya, Yanti tidur sendiri lagi di rumah sederhana yang dibuatkan oleh orang tua Hadi di Desa Sukamanah. Rumah itu terletak di dekat jurang dengan hamparan bukit dan persawahan. Malam itu dengan kesendirian, Yanti harus berani tidur sendiri setelah sebelumnya mengalami serentetan mimpi buruk bila hanya sendiri di Rumah. 

---

Pernikahan ke-4 ini harus disandingkan dengan keinginan memiliki anak oleh mertua. Kebetulan malam ini, orang tua Hadi tidak main ke rumah karena sedang ada acara pernikahan saudara. Hari itu sepi, sangat sepi. 

Akhirnya malam datang dengan membawa hawa dingin, bunyi jangkrik bersahutan dengan bunyi pohon bambu di belakang rumah. Pukul 8 malam jam di rumah menunjuk, menandakan Yanti sudah seharusnya tidur agar besok bisa bangun pagi untuk pergi ke ladang abah. 

Tapi, 

Mata ini memang tidak ingin tidur karena rasa kangen yang mendalam. Namun, setelah melihat foto pernikahan di dinding kamar, hati ini paham bahwa mungkin saja dia juga merindukan Yanti. 

Setelah itu, Yanti tertidur. 

----

"Neng, kalau boleh aku minta tolong, tolong temani aku di sini. Tidurlah di sampingKu". 

Yanti menghampiri lengan Hadi itu, namun aroma tubuhnya seakan mengingatkan Yanti terhadap Almarhum Wandi, mantan kekasih yang meninggal karena bencana Tsunami Pangandaran 10 tahun lalu. Tsunami yang merenggut nyawa Wandi dan ayahnya membawa luka mendalam dan berpaling ke hati Hadi. 

"Bau laut", Yanti menengok ke arah Hadi. 

Hadi melihat ke arah tembok tanpa memedulikan Yanti yang sedang mengajak bicara. 

"Kenapa selalu meninggalkan diriku sendiri?", Yanti bertanya kembali. 

"Aku selalu ada melihatmu hingga saat ini", Hadi tersenyum dengan mata berbinar

Namun, 

Wajahnya memerah seakan terbakar. 

"Wajahmu kenapa?", Yanti bertanya sembari kebingungan. 

"Cepat, temani aku!".

"Aku mencintaimu". 

" Lepas pakaianmu untukku". 

Yanti meronta-ronta dan ketakutan, gerayangan tangan Hadi mulai memaksa dan kasar. Keringat bercucuran, tangisan mengeras namun suara ini tidak bisa menghentikan tindakan bodoh itu dalam sekejap. 

"Ya Tuhan, ampuni saya, tolong ini bukan suami saya". Yanti memohon sembari berteriak kesakitan karena perlakuan persetubuhan kasar itu. 

Tampang Hadi berubah, botak dengan tubuh kekar namun aroma tubuhnya yang amis. Kulitnya bersisik dan taring panjang itu melukai bibir Yanti. 

"Ya allah, ampuni hamba mu dan lindungilah saya ya allah", Yanti terus melawan. 

Duaaaaaarrr!!!! 

Yanti terbangun dengan atap yang pecah di samping kanan dirinya, untung saja puing itu tidak melukai muka Yanti yang tadi tertidur. 

Yanti bangun dan bergegas untuk pergi ke rumah tetangga yang berjarak 300 meteran. Berbekal handphone dan dompet ia menjauhi rumah itu. 

---

Jam menunjukan pukul 1.30 pagi, pak Ksrman sehabis salat malam mendengar Yanti yang mengucap salam sembari mengetuk pintu pagar. Bu Karman juga keluar dari kamar dan mengintip jendela, itu Yanti. 

Pintu dibuka dengan kondisi Yanti yang seperti seorang pelari marathon. Bibirnya sebelah kiri luka seperti habis dihajar pria, rambut panjangnya berantakan. "Kamu itu kenapa, Yanti?", tanya mereka berdua. 

Cat merah itu terlihat di tembok belakang rumah Yanti dan Hadi, terlihat berbentuk menyilang yang kadang terhapus oleh gelapnya malam. 

"Kamu istighfar, minum air dulu, tenang saja disini", pak Karman menenangkan. 

--

Pak Karman dan Istrinya berbincang di dalam kamar, Yanti duduk sembari menangis di ruang tengah dengan kondisi satu rumah yang bangun karena mendengar jeritan Yanti yang shock atas kejadian yang menimpa. 

"Bu, saya sudah curiga sedari awal. Lebih baik Yanti kita ajak pulang ke rumah orang tua jua, jangan sendiri."

"Iya Pak, saya juga berpikiran sama. Tapi lebih baik kita koordinasi dengan pak RT sebelum bertindak. Jangan ceroboh". 

"Saya siap dengan risiko yang ada bu, kasihan anak itu". 

" T-taapii, balasan ke kita nanti lebih besar dan saya takut pak bukan pada setan-setan itu

. 

. 

Tapi kepada mereka, (menunjuk ke rumah pak Kades yang megah dengan cat coklat dan pagar tinggi). 

Bersambung. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun