---
Jam menunjukan pukul 1.30 pagi, pak Ksrman sehabis salat malam mendengar Yanti yang mengucap salam sembari mengetuk pintu pagar. Bu Karman juga keluar dari kamar dan mengintip jendela, itu Yanti.Â
Pintu dibuka dengan kondisi Yanti yang seperti seorang pelari marathon. Bibirnya sebelah kiri luka seperti habis dihajar pria, rambut panjangnya berantakan. "Kamu itu kenapa, Yanti?", tanya mereka berdua.Â
Cat merah itu terlihat di tembok belakang rumah Yanti dan Hadi, terlihat berbentuk menyilang yang kadang terhapus oleh gelapnya malam.Â
"Kamu istighfar, minum air dulu, tenang saja disini", pak Karman menenangkan.Â
--
Pak Karman dan Istrinya berbincang di dalam kamar, Yanti duduk sembari menangis di ruang tengah dengan kondisi satu rumah yang bangun karena mendengar jeritan Yanti yang shock atas kejadian yang menimpa.Â
"Bu, saya sudah curiga sedari awal. Lebih baik Yanti kita ajak pulang ke rumah orang tua jua, jangan sendiri."
"Iya Pak, saya juga berpikiran sama. Tapi lebih baik kita koordinasi dengan pak RT sebelum bertindak. Jangan ceroboh".Â
"Saya siap dengan risiko yang ada bu, kasihan anak itu".Â
" T-taapii, balasan ke kita nanti lebih besar dan saya takut pak bukan pada setan-setan itu