Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Anak Berkata: "Aku Rindu Sekolah"

7 Juni 2020   09:53 Diperbarui: 10 Juni 2021   14:26 5510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"I miss school." Itu kali pertama dia mengucapkannya.

Anak tengah saya, adiknya, tidak berkata apa-apa. Maklum, ruang kelasnya berada di gedung berbeda jadi dia tidak merasakan nostalgia yang kakaknya rasakan.

Setelah kantin, kami melewati lorong tempat ruang kelas 3 berada. Ada guru di setiap ruangan dan anak-anak menyapa mereka dengan antusias. Para guru hanya melambaikan tangan dan mencoba tersenyum dengan mata mereka; tidak ada yang berani mendekat. Dari jauh mereka juga mengomentari si bungsu yang sudah mereka gadang-gadang sebagai calon siswa di situ.

Di lantai 2 si Kakak berhenti sejenak mengenang ruang kelasnya waktu dia kelas 4. Sesampainya di lantai 3, dia langsung menyerbu wali kelasnya yang dengan sopan meminta dia untuk menjaga jarak. Dia menurut tapi saya bisa merasakan kesedihannya.

Si Kakak dibantu oleh adiknya untuk membereskan barang-barangnya sementara saya bercakap-cakap dengan wali kelasnya dan 1 orang guru lagi. Kami membahas berbagai hal dari SFH: kendala teknis, rentang konsentrasi anak, penilaian tugas, pemberian ujian, dan lain-lain. Hanya protes si Abang yang menghentikan percakapan kami karena kami masih harus mengambil barang-barang di ruang kelasnya.

Sebelum berpisah saya sempat memfoto si Kakak dengan kedua gurunya. Walau ada wacana untuk membuka sekolah kembali pada bulan Agustus, keraguan masih menggelayuti hati kami sebagai orang tua. Sebelum sekolah memberikan penjelasan mendetail mengenai protokol kesehatan yang akan mereka terapkan, kami memilih untuk menahan anak-anak di rumah.

Turun dari lantai 3 kami melintasi lapangan basket lagi untuk menuju ke Gedung A (yang tadi Gedung B). Anak-anak menyapa para bapak satpam yang sehari-harinya menyambut mereka pada pagi hari dan mengantarkan mereka ke pintu gerbang pada sore hari.

Salah satu dari mereka berkata begini pada saya, "Seneng bisa lihat anak-anak lagi. Sekolah sepi banget kayak kuburan."

Saya memaklumi pernyataannya. Hanya langkah kami yang terdengar sepanjang teras, lobi, dan lorong yang menuju ruang kelas 1. Kami sempat melihat pintu ke arah kantin utama terbuka tapi semua meja dan kursi dibalik; tidak ada lagi jejak kios-kios yang pernah berjualan di sana.

Setibanya di ruang kelasnya si Abang melihat anak lain yang nomor absennya bersebelahan dengan dia. Si Abang dan anak itu langsung berlari saling mendekati untuk saling berangkulan. Saya, dua orang guru, dan ibu dari anak itu kontan berteriak.

"Jangan!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun