"Dinda, aku sudah talak dua dengan dia. Satu kali jika kau mengijinkan aku untuk berpisah dengannya, akan kulakukan Dinda. Ini salahku. Aku yang tidak bisa menjagamu, tidak bisa meyakinkanmu. Dinda, aku akan menunggumu sampai kapanpun, tidak peduli selama apapun itu."Jelasnya.
"Pikirkan lah wanita yang mencintaimu, pikirkan lah anak hasil mu dengan dia. Dengan begitu kau juga membalas cintaku. Aku tak cinta lagi padamu, tapi aku sudah memaafkanmu, jangan temui aku lagi. Pergilah seperti dahulu kau pergi tanpa alasan ketika kau mengenalku.Pergilah.."Saya berdiri dan bergegas jalan kembali ke tempat kerja. Hati ini berat, seberat memikul rasa bersalah. Tapi saya sadar, saya wanita bersuami.
Usai sudah pertemuan dengannya, menceritakan kepada saya percuma, walaupun saya bisa rindu tapi rindu saya tidak hanya untuknya. Berkata seperti itu membuat saya terpukul, sakit. Air mata ini terbuang percuma, iya percuma. Saya tidak akan menangisi hati saya dengannya. Menyimpan rindu , membalas rindupun akan terbalas benci, saya memikirkan suami yang begitu mencintai saya. Dan dengan berat hati saya melepaskan kepergiannya. Tak lama selang dia melangkah dan ketika saya terdiam, dia mengirim pesan singkat tanpa harapan membalas. Dan aku, hanya terdiam dan menghela nafas panjang, berharap ini cuma sekilas mimpi buruk yang tidak pernah aku harapkan.
"Akan menunggumu Dinda, aku mencintaimu, sampai kapanpun, jika kau menginginkan aku pergi, aku akan pergi. Tanpa mereka. Jangan pernah mengharapkan aku bahagia dengan rasa bersalah ku kepadamu.. Aku mencintaimu..aku merindukan kebersamaan yang kita janjikan.."
rindu ini, rindu setumpuk beling.. rindu yang seberat debu, jika iya menjadi jawaban terbaik akan kujawab iya, jika tidak.. biarkan saja, biarkan menjadi rindu seperti debu yang dibiarkan terbang terbawa angin..