Mohon tunggu...
Rijka HE Maheswari
Rijka HE Maheswari Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Segala sesuatu yang terjadi bukan karena suatu kebetulan, berbahagialah dengan caramu sendiri..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Rindu Seberat Debu

24 Januari 2018   07:27 Diperbarui: 24 Januari 2018   08:55 2062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minimal kalau serius juga kan bisa dari orang tua, menyempatkan datang untuk mendekatkan keluarga misalnya. Tapi dia? Tidak bisa berbuat apa-apa. Menghilang dan muncul mungkin sering dilakukan, sekalian lenyap saja di telan bumi, biar wajah sama badannya tak keliatan. Terlebih tidak perlu diperjelas. Mengecewakan. Keputusan saya, sudah tekad dan saya tidak memilihnya. Tidak dan tidak akan pernah. Hati saya sudah dipermainkan. Lebih sakit ketika saya tidak mendapat nilai "A" di mata kuliah andalan. Sakitnya melebihi orang mau mencabut gigi geraham atas bawah, luar biasa sakit.

Cinta bisa berbalik juga buktinya, ketika mencintai yang lebih berdekatan adalah hal yang wajar. Mencintai orang yang selalu memberikan balasan kasih sayang, semua itu hanya replika jawaban filosofis yang mengatakan bahwa cinta itu buta, mereka yang berpotensi buta cinta akan melakukan apa saja demi orang yang dia cintai, tapi bagi saya, tidak. 

Sebenarnya hanya sesal dalam hati saja menceritakan orang yang tidak pernah hadir dan hanya hadir memberi rindu yang menggantung. Rindu yang tak memberi arti cintanya. Ucap kali dia berkata rindu, rasanya seperti onggokan sampah kering yang dilapisi air sabun cuci. Seperti itulah, dia. Saya hanya menceritakan bagaimana jahat hatinya. Meninggalkan rasa kecewa, membuang harapan jauh untuk tinggal hidup bersama, memadu kasih sayang yang saya simpan tapi dia tidak menyimpannya. Dan saya memutuskan menikah dengan orang yang selalu hadir juga ada untuk setiap hati saya butuh cinta, bukan dia.

Selang sebulan selama pernikahan saya dengan suami sangat bahagia, kami saling melengkapi. Ketika ada rasa amarah di dalam hati, air pun selalu melimpah ruah untuk menenangkan hati. Ketika curiga memuncak, akan selalu ada canda tawa dari bahagia. Kami saling memiliki. Jauh tidak pernah terpikir saya memikirkan seorang yang pernah memenggal rindu dari jauh. Saya benci sampai kapanpun saya membencinya. Dan di ujung pernikahan saya dengan suami, dia kembali memunculkan dirinya hanya dengan berkata lewat pesan singkatnya, "jadi, kau meninggalkan aku untuk dia? Kau tidak menungguku? Dinda, aku rindu, bisakah kita bertemu?"

Saya tidak menyangka selama 3 tahun menghilang, tidak memberikan kabar apapun kepada saya, tapi bagaimana dia tahu saya sudah menikah dengan laki-laki lain. Dia selalu seperti itu, saya rindu tapi hati saya untuk siapa? Ketika saya berpikir untuk menjawab iya, bagaimana suasana hati pasangan saya? Ketika saya menjawab tidak rindupun hati saya hancur terpendam rasa rindu dan kesal yang bercampur jadi satu, ketika saya bertanya pada Tuhan, Diapun pasti akan menyerahkan kembali kepada hati saya. 

Dosa apa terus bertahan seperti ini. Saya memutuskan untuk bertanya kembali tanpa menjawab iya atau tidak kepadanya. Dengan pura-pura mengetahui kehidupannya, seolah tahu yang terjadi padanya, "Kalau saja kau tidak berhubungan dengan wanita itu, pilihan saya adalah kamu. Kau telah meninggalkan ku tanpa alasan dan memberikan kabar. Maaf, aku sudah mempunyai pasangan dan kami bahagia.".Dan dia hanya membalas, "Dinda, bisakah kita bertemu? Aku akan menjelaskan semuanya sekarang. Aku tunggu di depan halte tempatmu bekerja sekarang.Keluarlah aku berada di halte sekarang.".Antara akan mengucapkan iya dan tidak. Iya, karena rindu sesak yang tertahan selama 3 tahun. Dan tidak, karena saya perempuan bersuami, saya sadar akan dosa saya jika bertemu dengan laki-laki lain tanpa ijin suami saya. Dan, saya berpikiran baik menemuinya dan kami tidak lebih dari orang lain yang menyapa ketika bertemu. Dan kami bertemu.

Hati saya hancur, ketika dia bercerita bagaimana ketika dia tidak bisa menghubungi karena tugas di luar pulau terpencil tanpa koneksi jaringan, selama 3 tahun berpindah sampai ke pulau tidak dihuni manusia. Sampai dia mengetahui saya akan menikah dengan laki-laki pilihan saya sendiri. Ketika memulai percakapan dengannya, tampak sekali raut wajahnya, raut wajah yang saya rindukan selama bertahun-tahun, postur badan yang tinggi semampai dan gagah ketika berdiri maupun duduk, ah laki-laki ini.. menghilanglah dari hadapan sekarang atau saya akan menangis dan teriak sekencang-kencangnya. Mulailah percakapannya.

"Dinda, maafkanlah, semua yang kulakukan ini untukmu, tapi kau sudah dengan laki-laki lain yang begitu mencintaimu. Dan diriku juga dengan wanita lain."

"Tak apa, kita tak jodoh." Saya dengan ketus.

"Dinda, aku tertipu dengan teman seangkatanku. Dia yang mencintaiku, tapi aku tidak mencintainya, kau tau kan pasti? Bagaimana orang diberi obat penenang dan pura-pura tertidur berdua".Dia berusaha memebrikan penjelasan.

"kalau kau tak cinta, kenapa kau sampai hati melakukannya hingga kau punya anak sebesar sekarang? Aku tidak bodoh, perempuan waras manapun juga bisa berpikir kalau kau cuma beralasan. Sudahlah".saya berusaha menyudahinya. Tapi air mata ini rasanya ingin berderai. Rindu sekali dengan laki-laki ini, saya percaya dia baik tapi dengan caranya seperti itu, seperti menceritakan kejadian yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun