Mohon tunggu...
Rifdatul Munaya
Rifdatul Munaya Mohon Tunggu... Guru - Nada

when you feel better than the other, you must correct it your self because there's not perfect person in this world

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Teori Atribusi Komunikasi Antarpribadi: Fenomena Kampanye Mentoring Poligami Berbayar

17 Januari 2023   10:18 Diperbarui: 17 Januari 2023   10:36 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

ABSTRAK

Fenomena viral kampanye mentoring poligami berbayar ini merupakan salah satu dari sekian banyak contoh kasus yang dapat dilihat dari sudut pandang komunikasi antarpribadi. Pada penelitian yang membahas fenomena viral kampanye mentoring poligami berbayar dari perspektif teori atribusi dalam konteks komunikasi antarpribadi menggunakan model penelitian berupa studi kasus. Hasil menunjukkan bahwa alasan dan motivasi yang membuat Kyai Hafidin membuka kelas mentoring poligami berbayar adalah kredibilitas akan dirinya yang dirasa sudah berhasil membangun rumah tangga yang harmonis meski berpoligami dan dengan finansial apa adanya, lalu banyaknya keinginan dari partisipan Kyai Hafidin yang ingin berpoligami dengan alasan karena memiliki libido tinggi namun takut berzinah, dan adanya finansial serta keuntungan yang menjanjikan dengan menekuni profesi sebagai mentor poligami berbayar.

 

Pendahuluan

Manusia sudah menjadi hakikatnya diberikan akal dan pikiran. Manusia dengan dibekali pengetahuan yang sudah dipelajarinya selama hidup di dunia (Daulay, 2015). Manusia tidak hanya belajar suatu hal melalui pendidikan formal namun juga manusia mampu belajar dari fenomena yang terjadi di sekitarnya. Itulah kelebihan dari manusia yang mampu memproses peristiwa yang didapatkannya hingga kemudian menjadi sebuah pelajaran hidup bagi manusia tersebut (Daulay, 2015).

Manusia memiliki kecenderungan untuk mengetahui segala hal yang ingin diketahui. Selain itu, tak jarang terdapat manusia yang selalu ingin mengetahui apa yang dilihat, didengar, atau pertanyaan yang muncul di otaknya. Hal tersebut merupakan proses kognitif dari manusia yang selalu ingin mengetahui motif dari sebuah kejadian. Selagi mampu untuk mengolah informasi di dalam otaknya, manusia akan selalu mempertanyakan setiap hal yang dilihat atau didengarnya. Oleh sebab itu, manusia memiliki kecenderungan untuk membutuhkan penjelasan atas sebuah fenomena, terutama apa yang dibalik perilaku manusia lain (Marlina, 2017).

Kecenderungan perilaku manusia yang membutuhkan penjelasan atas sebuah fenomena lebih lanjut disebut sebagai atribusi. Banyak dari ahli yang menyebutkan hingga menjelaskan kaitannya sebuah kejadian, perilaku manusia, dan segala hal yang menjadi alasan semua itu terjadi. Menurut Baron (1979), atribusi sendiri merupakan proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat perilakunya yang tampak. Dengan demikian, manusia perlu penginderaan atau berinteraksi hingga berkomunikasi dengan orang lain untuk mendapatkan penjelasan yang mereka inginkan (Fahyuni & Istikomah, 2016).

Cara setiap manusia untuk mendapatkan penjelasan dari sebuah fenomena atau tindakan dari orang lain dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari melakukan penginderaan, research, bahkan hingga melakukan komunikasi secara personal atau komunikasi antarpribadi. Poin terakhir tersebut bukan menjadi hal yang baru bagi sebagian besar orang bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk bertanya atau mencari tahu sesuatu dengan bertanya kepada orang lain yang berkaitan.

Melalui komunikasi antarpribadi, seorang reporter dari Narasi.tv juga melakukan upaya untuk mencari tahu penjelasan dari sebuah fenomena. Baru-baru ini, mencuat sebuah isu terkait adanya kampanye mentoring poligami berbayar yang tengah viral. Bahasan mengenai poligami pada awalnya menjadi sebuah hal yang tabu karena dianggap membungkam hak dan suara perempuan. Namun, beberapa waktu yang lalu bahkan hingga sekarang, topik poligami menjadi atensi banyak masyarakat.

Kampanye mentoring poligami berbayar tersebut menjadi persoalan ketika hal tersebut dilakukan hanya untuk mendapatkan keuntungan semata. Padahal sebagian besar orang mengetahui banyak pertimbangan yang lebih condong untuk tidak melakukan poligami. Akan tetapi, saat ini pelaku poligami sudah mulai berani untuk menampilkan eksistensinya di publik. Dengan demikian, sebuah konten yang diliput oleh Tim Buka Mata Narasi melakukan wawancara interpersonal dengan salah satu mentor poligami berbayar (Hayati & Zenrif, 2022).

Fenomena viral kampanye mentoring poligami berbayar ini merupakan salah satu dari sekian banyak contoh kasus yang dapat dilihat dari sudut pandang komunikasi antarpribadi. Khususnya dengan melihat fenomena ini menggunakan Teori Atribusi Komunikasi Antarpribadi. Analisis ini akan difokuskan pada interaksi antara reporter dari Tim Buka Mata Narasi dengan narasumber Kyai Hafidin selaku coach. Proses interaksi dan komunikasi tersebut menjadi salah satu bentuk aplikasi dari adanya Teori Atribusi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan Teori Atribusi maka komunikasi interpersonal yang dilakukan manusia akan memberikan sebuah penjelasan motivasi atau alasan sebuah fenomena atau sikap perilaku seseorang dapat terjadi (Maulana & Gumelar, 2013).

Tinjauan Pustaka

  • Teori Atribusi

Atribusi merupakan proses berpikir dalam memperkirakan penyebab seseorang atau individu berperilaku tertentu (Evi, 2017). Selain itu, atribusi juga mengetahui sebuah penjelasan penyebab dari berbagai fenomena yang terjadi. Teori Atribusi menekankan pada cara manusia dalam menafsirkan berbagai peristiwa dan kaitannya dengan pikiran serta perilaku mereka (Evi, 2017).

Proses atribusi dapat terjadi karena adanya kecenderungan manusia untuk mencari latar belakang penyebab seseorang berperilaku tertentu (Wulandari & Krisnani, 2020). Di setiap kejadian atau fenomena yang menarik, manusia memiliki kecenderungan juga untuk segera mengetahui apa yang terjadi dalam fenomena tersebut hingga penyebab terjadinya. Kerangka kerja dari Teori Atribusi yaitu berusaha memahami cara setiap individu dalam menafsirkan dan memberikan penjelasan atas perilaku mereka hingga fenomena yang terjadi (Wulandari & Krisnani, 2020).

Menurut pendapat para ahli, salah satunya Baron (2009), atribusi didefinisikan sebagai upaya untuk memahami penyebab perilaku orang atau lembaga lain. Hal yang sama juga disampaikan oleh Dayakini (2006) bahwa atribusi juga termasuk proses mencari jawaban atas pertanyaan mengapa atau sebab dari perilaku orang lain atau lembaga lain. Atribusi juga dijelaskan sebagai analisa kausal yaitu penafsiran terhadap alasan sebuah gejala menunjukkan perilaku tertentu. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Sarwono (2009).

Asumsi dasar teori ini berawal dari perilaku orang lain dan diri sendiri disebabkan oleh adanya motif, tujuan, dan karakteristik dengan melihat perilaku itu sendiri (Mukarom, 2020). Ketika manusia berinteraksi dalam lingkungan sosial, mereka secara konstan akan berusaha untuk memahami perilaku orang lain. Kemudian, dari hasil pemahaman tersebut akan ditarik kesimpulan mengenai alasan atau penjelasan apa yang melatarbelakangi perilaku tersebut.

Sehubungan dengan penjelasan di atas, atribusi juga dijelaskan sebagai analisis kausal. Yang dimaksud sebagai analisis kausal yaitu penafsiran terhadap setiap penyebab dari alasan sebuah fenomena dapat terjadi hingga menampilkan gejala tertentu. Dalam Teori Atribusi terdapat dua hal yang menjadi penyebab sebuah perilaku atau fenomena dapat muncul dari pihak-pihak yang berinteraksi, sebagai berikut (Mustafa, 2011):

1. Kausalitas (konsensus, konsistensi, dan kekhasan)

2. Kejujuran (pendapat umum dan keuntungan)

Pada proses terjadinya atribusi ketika berkomunikasi ditujukan untuk mendapatkan penjelasan atas tindakan diri sendiri. Selain itu, juga untuk mengendalikan tindakan orang lain yang memiliki relasi dengan individu tersebut. Dengan demikian, dalam Teori Atribusi sejatinya untuk memahami lingkungan dan memprediksi kejadian yang akan datang.

Atribusi sebagai proses penilaian mengenai penyebab sebuah fenomena dapat terjadi, memiliki tiga dimensi yaitu (Samsuar, 2019):

- Lokasi penyebab

Dalam memberikan persepsi kausalitas sebuah fenomena yang menjadi pokok utamanya adalah fenomena tersebut disebabkan oleh keadaan internal (atribusi internal) atau disebabkan oleh keadaan eksternal (atribusi eksternal).

- Stabilitas

Dimensi ini mempertanyakan penyebab dari sebuah fenomena yang terjadi apakah stabil atau tidak stabil. Stabilitas dalam hal ini berarti seberapa permanen atau berubah-ubahnya suatu sebab.

- Pengendalian

Penyebab dari sebuah fenomena dapat dikendalikan atau tidak oleh individu maupun kelompok.

Dengan adanya Teori Atribusi khususnya dalam proses komunikasi antarpribadi, teori tersebut memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu (Tandya, 2019):

1. Bertujuan untuk mendapatkan pemahaman dan penjelasan akan dunia. Kesimpulan yang didapatkan dari hasil pemahaman tersebut kemudian akan dijadikan sebagai pengetahuan untuk memahami lingkungan serta memprediksi kejadian yang mungkin akan datang.

2. Bertujuan untuk mengetahui penjelasan atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu itu sendiri. Dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal juga berfungsi untuk mengendalikan tindakan-tindakan orang lain yang memiliki relasi dengan individu tersebut.

Berdasarkan uraian penjelasan di bagian sebelumnya, Teori Atribusi dapat dijabarkan dalam empat fungsi komunikasi sebagai berikut (Irma, 2020):

- Fungsi menerangkan

Dalam menjelaskan landasannya, Teori Atribusi memiliki beberapa variabel untuk memberikan suatu pemahaman atas fenomena yang terjadi. Dengan demikian, Teori Atribusi dapat digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang menjadi penyebab dari perubahan seseorang terhadap stimulus.

- Fungsi memprediksi

Teori Atribusi dapat menampilkan pattern atau pola dengan membingkai perilaku seseorang atas sebuah fenomena yang terjadi. Dengan penjelasan pola tersebut mengenai sifat-sifat orang berdasarkan variabel yang beragama dapat memprediksi perilaku seseorang terhadap stimulus.

- Fungsi menjelaskan

Sesuai dengan definisi dari atribusi itu sendiri, teori ini mencoba memahami dan memberikan penjelasan atas penyebab hingga motif seseorang melakukan tindakan tertentu terhadap stimulus yang datang kepadanya.

- Fungsi strategis

Dikatakan sebagai fungsi strategis karena Teori Atribusi dapat menerangkan, memprediksi, dan menjelaskan sebuah fenomena yang terjadi pada tindakan dan perilaku manusia. Teori Atribusi juga mengedepankan fakta-fakta yang ada sehingga persepsi dan pemahaman dijelaskan secara sistematis atas fenomena yang terjadi.

Metode Penelitian

Pendekatan metode penelitian kualitatif digunakan untuk memahami dan menafsirkan makna dari sebuah peristiwa dengan berdasar pada perspektif peneliti sendiri (Gunawan, 2022). Dengan begitu, tujuan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif adalah untuk memahami objek penelitian secara mendalam. Dalam model penelitian kualitatif menurut Bogdan & Biklen (1982) dibedakan menjadi dua waktu analisisnya. Pertama, analysis in the field yang dilakukan proses penelitian yang mendalam hingga menggunakan konsep, analogi, dan methapor. Sedangkan, yang kedua yaitu analisis sesudah pengumpulan data yang dilakukan dengan mengembangkan kategori koding.

Pada penelitian yang membahas fenomena viral kampanye mentoring poligami berbayar dari perspektif teori atribusi dalam konteks komunikasi antarpribadi menggunakan model penelitian berupa studi kasus. Artinya, model pada penelitian ini memiliki kekhususan konteks beserta dengan keterbatasan wilayah serta karakteristiknya. Dengan menerapkan model penelitian studi kasus maka objek dalam penelitian ini akan dipelajari secara intensif (Suharsimi, 2006). Berdasarkan pendapat dari Noor (2011) penelitian yang menggunakan studi kasus sebagai model penelitiannya akan berfokus pada alasan individu/subjek penelitian melakukan suatu tindakan dan pengaruhnya terhadap lingkungan. 

Hasil & Pembahasan

A. Proses Komunikasi Antarpribadi: Liputan Kampanye Mentoring Poligami Berbayar

Sedang ramai dibicarakan di media sosial mengenai kampanye mentoring poligami berbayar. Terlebih lagi ketika sebuah tayangan video di chanel Youtube Narasi Newsroom viral. Video yang diunggah pada 16 November 2021 tersebut menunjukkan serangkaian proses liputan atau wawancara terhadap salah satu mentor pembimbing poligami.

Salah satu reporter yang merupakan perwakilan dari Tim Buka Mata Narasi dalam video tersebut melakukan liputan langsung.  Mereka mengunjungi salah satu tempat praktik mentoring poligami berbayar sekaligus melakukan wawancara kepada narasumber terkait. Hal tersebut dilakukan untuk menggali informasi seputar mentoring poligami yang tengah marak di media sosial dan mengetahui motivasi atau atribusinya.

Narasumber yang diliput oleh Tim Narasi merupakan salah satu mentor yang mengklaim dirinya sebagai pembimbing poligami. Hafidin merupakan mentor poligami yang menganggap dirinya sukses melakukan poligami dengan memiliki empat istri dan dua puluh lima anak. Lebih lanjut, reporter dari Tim Narasi pun segera melakukan depth interview guna mencari tahu lebih dalam mengenai praktik serta lika-liku kehidupan Kyai Hafidin sebagai mentor poligami.

Untuk mengetahui informasi mengenai adanya mentoring poligami ini diperlukan sebuah bentuk komunikasi yang efektif. Oleh sebab itu, Tim Buka Mata Narasi melakukan salah satu bentuk proses komunikasi antarpribadi yaitu wawancara. Wawancara sendiri merupakan sebuah proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dan terdapat beberapa prinsip. Dalam wawancara terdapat prinsip timbal balik, dinamis, dan bersifat interaksional. Tak hanya itu, dalam prosesnya juga sangat dipengaruhi oleh persepsi individu terkait yang dalam konteks ini yaitu reporter Tim Narasi dengan Kyai Hafidin.

Dalam proses wawancara antara reporter Tim Narasi dengan Kyai Hafidin kemudian dapat disebut sebagai salah satu bentuk komunikasi antarpribadi. Dengan bentuk khusus komunikasi antar dua orang serta terdapat serangkaian tanya-jawab antara reporter Tim Narasi dengan Kyai Hafidin. Komunikasi antarpribadi dalam bentuk wawancara tersebut dilakukan oleh reporter Tim Narasi dengan memiliki tujuan tertentu.

Wawancara yang berlangsung antara reporter Tim Narasi dengan Kyai Hafidin dalam tayangan video merupakan jenis wawancara informasi. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi seputar mentoring poligami yang dipraktikan oleh Kyai Hafidin.

Proses komunikasi antarpribadi khususnya pada wawancara tidak jarang yang mengalami kegagalan. Namun, pada proses komunikasi antarpribadi antara reporter Tim Narasi dan Kyai Hafidin terlihat lebih efektif. Hal tersebut disebabkan adanya sikap keterbukaan baik dari pihak penanya maupun narasumber itu sendiri yaitu Kyai Hafidin. Dalam tayangan video tersebut, Kyai Hafidin tidak terlihat keberatan atau bahkan menutupi sesuatu hal ketika menjawab pertanyaan dari reporter Tim Narasi.

Selain adanya sikap keterbukaan, proses wawancara ini juga cukup membawa banyak informasi. Hal ini terjadi dengan adanya perilaku empati dan toleransi yang tinggi dari reporter sehingga komunikasi antarpribadi berlangsung dengan lancar dan tidak ada konflik yang berarti. Tak lupa adanya manajemen interaksi dengan memastikan kedua pihak baik reporter Tim Narasi maupun Kyai Hafidin sama-sama merasa puas, komplimentasri, dan kooperatif. Keefektifan komunikasi antarpribadi dalam wawancara tersebut juga ditunjukkan dari daya ekspresi reporter Tim Narasi ketika berkomunikasi kepada Kyai Hafidin.

Dengan demikian, proses komunikasi antarpribadi antara reporter Tim Narasi dengan Kyai Hafidin dalam wawancara mendalam berlangsung cukup efektif. Hal tersebut dilihat dari adanya antusiasme dari masyarakat setelah menonton video berdurasi dua puluh dua menit tersebut. Selain itu, keefektifan komunikasi antarpribadi tersebut menjadi berhasil ditandai dengan hasil informasi yang didapatkan mampu memberikan perspektif baru bagi banyak orang.

Analisis Fenomena Kampanye Mentoring Poligami Berbayar Perspektif Teori Atribusi

Dalam tayangan video berjudul "Menguak Sisi Lain Mentoring Poligami Berbayar" oleh Narasi Newsroom berhasil memberikan informasi kepada audiens. Dengan jumlah total penayangan sebesar 2 juta lebih kali. Liputan video tersebut menunjukkan kehidupan dari seorang mentor poligami yaitu Kyai Hafidin yang memiliki empat orang istri dengan jumlah anak dua puluh lima.

Poligami menjadi sebuah topik yang selalu diperdebatkan hingga saat ini. Poligami sendiri merupakan sistem perkawinan dimana pihak laki-laki memiliki beberapa pasangan dalam waktu bersamaan. Dahulu, praktik poligami dilakukan secara privat karena di Indonesia sendiri cukup banyak yang tidak setuju dengan praktik poligami tersebut. Namun, dewasa ini, justru makin banyak pihak yang mulai berani menampilkan praktik poligami secara terang-terangan di publik. Salah satunya adalah Kyai Hafidin yang membuka kelas mentoring poligami.

Saat ini tak jarang para mentor poligami yang membuka kelas hingga memasang iklan di media sosial. Hal itu dilakukan untuk mencapai target konsumen lebih luas dan banyak. Berdasarkan liputan yang dilakukan oleh reporter Tim Narasi, sekali pertemuan mentoring tersebut setiap partisipan harus mengeluarkan uang sekitar Rp. 3.000.000,00 -- Rp. 4.500.000,00. Dengan tarif tersebut maka tak heran jika Kyai Hafidin menjadikan profesi sebagai mentoring poligami sebagai pekerjaan yang mendatangkan banyak keuntungan.

Untuk menganalisis lebih dalam lagi mengenai fenomena kampanye mentoring poligami berbayar di Indonesia maka perlu dilihat dari berbagai perspektif. Salah satunya dengan menggunakan Teori Atribusi. Dengan melihat sebuah fenomena dari teori tersebut dapat menunjukkan implikasi dari empat fungsi komunikasi sebagai berikut:

- Fungsi menerangkan

Pada fungsi ini menjadi sebuah landasan penyampaian atas sebuah fenomena yang terjadi. Dalam kasus mentoring berbayar Kyai Hafidin melalui Teori Atribusi dapat memberikan faktor-faktor yang mempengaruhi adanya poligami dapat terjadi. Kyai Hafidin merasa dirinya pantas untuk menjadi seorang mentor setelah berhasil membangun rumah tangga bersama empat orang istri. Faktor lain yang membuat Kyai Hafidin percaya diri untuk sampai membuka kelas mentoring poligami adalah Beliau merasa berhasil mematahkan anggapan bahwa untuk berpoligami harus memiliki penghasilan banyak. Baginya masalah finansial bukan menjadi penghalang bagi suami yang ingin berpoligami selama masih bisa menjalin hubungan harmonis dengan para istrinya. Berbagai faktor tersebut yang mempengaruhi Kyai Hafidin untuk berpoligami dan membuka praktik kelas mentoring poligami berbayar.

- Fungsi memprediksi

Melalui proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh reporter Tim Narasi kepada Kyai Hafidin mengenai praktik mentoring poligami berbayar menghasilkan banyak informasi. Dari beberapa pola yang didapatkan dari hasil komunikasi tersebut kemudian akan membingkai perilaku tertentu dan menjelaskan prediksinya. Dalam kasus ini, dengan semakin merebaknya fenomena mentoring poligami berbayar di media sosial dan video viral liputan Tim Narasi bersama Kyai Hafidin tidak menutup kemungkinan akan adanya kasus serupa. Para pelaku poligami mungkin saja beberapa waktu kedepan akan lebih berani dan secara terang-terangan melakukan praktik poligami.

- Fungsi menjelaskan

Teori Atribusi selain mampu menerangkan dan memprediksi sebuah fenomena juga mampu menjelaskan penyebab hal itu terjadi. Dalam liputan yang dilakukan oleh Tim Narasi juga sebagai bentuk atribusi dari fenomena mentoring poligami berbayar ini. Tim Narasi mencoba untuk memahami motivasi atau alasan Kyai Hafidin membuka kelas mentoring poligami. Setelah melakukan wawancara mendalam. Ternyata Kyai Hafidin membuka kelas mentoring poligami berbayar disebabkan oleh banyaknya permintaan dari partisipan yang ingin melakukan poligami. Hal itu juga dijelaskan lebih lanjut bahwa banyak dari partisipan Kyai Hafidin yang memiliki libido tinggi namun takut untuk berzina sehingga poligami dianggap menjadi solusinya. Selain itu, alasan lainnya adalah penghasilan dan keuntungan yang menjanjikan dari profesi sebagai mentoring poligami membuat Kyai Hafidin menekuni profesinya tersebut. Bahkan dengan penghasilannya dari membuka mentoring poligami itu mampu menghidupi keseharian istri-istri dan anak-anaknya.

- Fungsi strategis

Dengan adanya ketiga fungsi di atas yaitu menerangkan, memprediksi, dan menjelaskan mampu menjadi kelompok strategis untuk menganalisis fenomena ini. Analisis fenomena mentoring poligami berbayar dianalisis dari perspektif Teori Atribusi akan selalu mengedepankan fakta dan pandangan yang dilakukan secara sistematis. Mulai dari faktor-faktor kondisi dari Kyai Hafidin, motivasinya membuka kelas mentoring poligami berbayar, hingga prediksi ke depannya.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan penjelasan dari bab-bab sebelumnya mengenai fenomena mentoring poligami berbayar dari perspektif Teori Atribusi didapatkan beberapa kesimpulan. Pertama, untuk mengetahui informasi lebih dalam mengenai praktik mentoring poligami berbayar, Tim Narasi melakukan komunikasi antarpribadi dalam bentuk wawancara mendalam dengan salah satu mentor poligami yaitu Kyai Hafidin,

Kedua, alasan dan motivasi yang membuat Kyai Hafidin membuka kelas mentoring poligami berbayar adalah kredibilitas akan dirinya yang dirasa sudah berhasil membangun rumah tangga yang harmonis meski berpoligami dan dengan finansial apa adanya, lalu banyaknya keinginan dari partisipan Kyai Hafidin yang ingin berpoligami dengan alasan karena memiliki libido tinggi namun takut berzinah, dan adanya finansial serta keuntungan yang menjanjikan dengan menekuni profesi sebagai mentor poligami berbayar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun