Mohon tunggu...
Rifdatul Munaya
Rifdatul Munaya Mohon Tunggu... Guru - Nada

when you feel better than the other, you must correct it your self because there's not perfect person in this world

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Teori Atribusi Komunikasi Antarpribadi: Fenomena Kampanye Mentoring Poligami Berbayar

17 Januari 2023   10:18 Diperbarui: 17 Januari 2023   10:36 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

ABSTRAK

Fenomena viral kampanye mentoring poligami berbayar ini merupakan salah satu dari sekian banyak contoh kasus yang dapat dilihat dari sudut pandang komunikasi antarpribadi. Pada penelitian yang membahas fenomena viral kampanye mentoring poligami berbayar dari perspektif teori atribusi dalam konteks komunikasi antarpribadi menggunakan model penelitian berupa studi kasus. Hasil menunjukkan bahwa alasan dan motivasi yang membuat Kyai Hafidin membuka kelas mentoring poligami berbayar adalah kredibilitas akan dirinya yang dirasa sudah berhasil membangun rumah tangga yang harmonis meski berpoligami dan dengan finansial apa adanya, lalu banyaknya keinginan dari partisipan Kyai Hafidin yang ingin berpoligami dengan alasan karena memiliki libido tinggi namun takut berzinah, dan adanya finansial serta keuntungan yang menjanjikan dengan menekuni profesi sebagai mentor poligami berbayar.

 

Pendahuluan

Manusia sudah menjadi hakikatnya diberikan akal dan pikiran. Manusia dengan dibekali pengetahuan yang sudah dipelajarinya selama hidup di dunia (Daulay, 2015). Manusia tidak hanya belajar suatu hal melalui pendidikan formal namun juga manusia mampu belajar dari fenomena yang terjadi di sekitarnya. Itulah kelebihan dari manusia yang mampu memproses peristiwa yang didapatkannya hingga kemudian menjadi sebuah pelajaran hidup bagi manusia tersebut (Daulay, 2015).

Manusia memiliki kecenderungan untuk mengetahui segala hal yang ingin diketahui. Selain itu, tak jarang terdapat manusia yang selalu ingin mengetahui apa yang dilihat, didengar, atau pertanyaan yang muncul di otaknya. Hal tersebut merupakan proses kognitif dari manusia yang selalu ingin mengetahui motif dari sebuah kejadian. Selagi mampu untuk mengolah informasi di dalam otaknya, manusia akan selalu mempertanyakan setiap hal yang dilihat atau didengarnya. Oleh sebab itu, manusia memiliki kecenderungan untuk membutuhkan penjelasan atas sebuah fenomena, terutama apa yang dibalik perilaku manusia lain (Marlina, 2017).

Kecenderungan perilaku manusia yang membutuhkan penjelasan atas sebuah fenomena lebih lanjut disebut sebagai atribusi. Banyak dari ahli yang menyebutkan hingga menjelaskan kaitannya sebuah kejadian, perilaku manusia, dan segala hal yang menjadi alasan semua itu terjadi. Menurut Baron (1979), atribusi sendiri merupakan proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat perilakunya yang tampak. Dengan demikian, manusia perlu penginderaan atau berinteraksi hingga berkomunikasi dengan orang lain untuk mendapatkan penjelasan yang mereka inginkan (Fahyuni & Istikomah, 2016).

Cara setiap manusia untuk mendapatkan penjelasan dari sebuah fenomena atau tindakan dari orang lain dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari melakukan penginderaan, research, bahkan hingga melakukan komunikasi secara personal atau komunikasi antarpribadi. Poin terakhir tersebut bukan menjadi hal yang baru bagi sebagian besar orang bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk bertanya atau mencari tahu sesuatu dengan bertanya kepada orang lain yang berkaitan.

Melalui komunikasi antarpribadi, seorang reporter dari Narasi.tv juga melakukan upaya untuk mencari tahu penjelasan dari sebuah fenomena. Baru-baru ini, mencuat sebuah isu terkait adanya kampanye mentoring poligami berbayar yang tengah viral. Bahasan mengenai poligami pada awalnya menjadi sebuah hal yang tabu karena dianggap membungkam hak dan suara perempuan. Namun, beberapa waktu yang lalu bahkan hingga sekarang, topik poligami menjadi atensi banyak masyarakat.

Kampanye mentoring poligami berbayar tersebut menjadi persoalan ketika hal tersebut dilakukan hanya untuk mendapatkan keuntungan semata. Padahal sebagian besar orang mengetahui banyak pertimbangan yang lebih condong untuk tidak melakukan poligami. Akan tetapi, saat ini pelaku poligami sudah mulai berani untuk menampilkan eksistensinya di publik. Dengan demikian, sebuah konten yang diliput oleh Tim Buka Mata Narasi melakukan wawancara interpersonal dengan salah satu mentor poligami berbayar (Hayati & Zenrif, 2022).

Fenomena viral kampanye mentoring poligami berbayar ini merupakan salah satu dari sekian banyak contoh kasus yang dapat dilihat dari sudut pandang komunikasi antarpribadi. Khususnya dengan melihat fenomena ini menggunakan Teori Atribusi Komunikasi Antarpribadi. Analisis ini akan difokuskan pada interaksi antara reporter dari Tim Buka Mata Narasi dengan narasumber Kyai Hafidin selaku coach. Proses interaksi dan komunikasi tersebut menjadi salah satu bentuk aplikasi dari adanya Teori Atribusi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan Teori Atribusi maka komunikasi interpersonal yang dilakukan manusia akan memberikan sebuah penjelasan motivasi atau alasan sebuah fenomena atau sikap perilaku seseorang dapat terjadi (Maulana & Gumelar, 2013).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun