Tinjauan Pustaka
- Teori Atribusi
Atribusi merupakan proses berpikir dalam memperkirakan penyebab seseorang atau individu berperilaku tertentu (Evi, 2017). Selain itu, atribusi juga mengetahui sebuah penjelasan penyebab dari berbagai fenomena yang terjadi. Teori Atribusi menekankan pada cara manusia dalam menafsirkan berbagai peristiwa dan kaitannya dengan pikiran serta perilaku mereka (Evi, 2017).
Proses atribusi dapat terjadi karena adanya kecenderungan manusia untuk mencari latar belakang penyebab seseorang berperilaku tertentu (Wulandari & Krisnani, 2020). Di setiap kejadian atau fenomena yang menarik, manusia memiliki kecenderungan juga untuk segera mengetahui apa yang terjadi dalam fenomena tersebut hingga penyebab terjadinya. Kerangka kerja dari Teori Atribusi yaitu berusaha memahami cara setiap individu dalam menafsirkan dan memberikan penjelasan atas perilaku mereka hingga fenomena yang terjadi (Wulandari & Krisnani, 2020).
Menurut pendapat para ahli, salah satunya Baron (2009), atribusi didefinisikan sebagai upaya untuk memahami penyebab perilaku orang atau lembaga lain. Hal yang sama juga disampaikan oleh Dayakini (2006) bahwa atribusi juga termasuk proses mencari jawaban atas pertanyaan mengapa atau sebab dari perilaku orang lain atau lembaga lain. Atribusi juga dijelaskan sebagai analisa kausal yaitu penafsiran terhadap alasan sebuah gejala menunjukkan perilaku tertentu. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Sarwono (2009).
Asumsi dasar teori ini berawal dari perilaku orang lain dan diri sendiri disebabkan oleh adanya motif, tujuan, dan karakteristik dengan melihat perilaku itu sendiri (Mukarom, 2020). Ketika manusia berinteraksi dalam lingkungan sosial, mereka secara konstan akan berusaha untuk memahami perilaku orang lain. Kemudian, dari hasil pemahaman tersebut akan ditarik kesimpulan mengenai alasan atau penjelasan apa yang melatarbelakangi perilaku tersebut.
Sehubungan dengan penjelasan di atas, atribusi juga dijelaskan sebagai analisis kausal. Yang dimaksud sebagai analisis kausal yaitu penafsiran terhadap setiap penyebab dari alasan sebuah fenomena dapat terjadi hingga menampilkan gejala tertentu. Dalam Teori Atribusi terdapat dua hal yang menjadi penyebab sebuah perilaku atau fenomena dapat muncul dari pihak-pihak yang berinteraksi, sebagai berikut (Mustafa, 2011):
1. Kausalitas (konsensus, konsistensi, dan kekhasan)
2. Kejujuran (pendapat umum dan keuntungan)
Pada proses terjadinya atribusi ketika berkomunikasi ditujukan untuk mendapatkan penjelasan atas tindakan diri sendiri. Selain itu, juga untuk mengendalikan tindakan orang lain yang memiliki relasi dengan individu tersebut. Dengan demikian, dalam Teori Atribusi sejatinya untuk memahami lingkungan dan memprediksi kejadian yang akan datang.
Atribusi sebagai proses penilaian mengenai penyebab sebuah fenomena dapat terjadi, memiliki tiga dimensi yaitu (Samsuar, 2019):
- Lokasi penyebab