Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Kanak-kanak

30 September 2019   16:28 Diperbarui: 30 September 2019   16:40 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa bulan kemudian, kami kehilangan pabrik permen. Wak Selasa meninggal karena jatuh dari pohon kelapa. Hampir seminggu anak-anak, terutama lima sekawan, dirundung susah. Tapi karena Panjul ada ban dalam truk, kesusahan itu seketika hilang. Kami kembali menjadi perompak di sungai kecil itu.

Tiga puluh tahun berlalu, kau tak akan melihat di mana desa kami. Semua terusir dari tanah sendiri, dan kami berumah di pinggir jalan. Bukit itu juga tak ada. Sudah rata. Dia telah menjadi proyek pelebaran kota. Banyak villa mewah di sana.

---sekian---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun