Beberapa bulan kemudian, kami kehilangan pabrik permen. Wak Selasa meninggal karena jatuh dari pohon kelapa. Hampir seminggu anak-anak, terutama lima sekawan, dirundung susah. Tapi karena Panjul ada ban dalam truk, kesusahan itu seketika hilang. Kami kembali menjadi perompak di sungai kecil itu.
Tiga puluh tahun berlalu, kau tak akan melihat di mana desa kami. Semua terusir dari tanah sendiri, dan kami berumah di pinggir jalan. Bukit itu juga tak ada. Sudah rata. Dia telah menjadi proyek pelebaran kota. Banyak villa mewah di sana.
---sekian---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H