Beberapa bulan kemudian, kami kehilangan pabrik permen. Wak Selasa meninggal karena jatuh dari pohon kelapa. Hampir seminggu anak-anak, terutama lima sekawan, dirundung susah. Tapi karena Panjul ada ban dalam truk, kesusahan itu seketika hilang. Kami kembali menjadi perompak di sungai kecil itu.
Tiga puluh tahun berlalu, kau tak akan melihat di mana desa kami. Semua terusir dari tanah sendiri, dan kami berumah di pinggir jalan. Bukit itu juga tak ada. Sudah rata. Dia telah menjadi proyek pelebaran kota. Banyak villa mewah di sana.
---sekian---
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI