Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fragmen Cinta

15 Juni 2019   12:23 Diperbarui: 15 Juni 2019   23:32 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

"Biasa, olah raga pagi biar tak encok."

"Ibuk di di mana?"

"Lagi encok!"

Kami tertawa. Musik tetangga berirama keroncong. Kok aku tiba-tiba keroncongan.

"Lapar, ya? Nanti aku bawakan bubur ayam." Dia seolah menebak apa yang ada di hatiku.

"Pak Wo, tak usah..." Tapi dia sudah menghilang di pengkolan.

Aku takut Mak Wo marah-marah melihat kedekatanku dengan Pak Wo. Makan selalu mengalir deras ke rumahku. Semua itu masakan Mak Wo yang diantar oleh Pak Wo. Lalu, sate tadi malam. Lalu, bubur ayam pagi ini. Aku menyampirkan handuk di gantungan. Irama keroncong itu berganti musik dugem. Suara ceracau anak muda terdengar cempreng. Tetangga sebelah memiliki anak satu; sopir bus kota.

"Orang baru?"

Aku tersentak. Dia langsung mengulurkan tangan.

"Kita belum kenalan. Namaku Boy."

Ah, salah kali. Mungkin Boiman. Batinku terkikik-kikik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun