Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kemelut Alit

18 Mei 2019   09:16 Diperbarui: 18 Mei 2019   09:24 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

"Cuma, data yang dibutuhkan lima milyar." Husnan mengkerut. 

"Itu mudah kuatur." Alit menepiskan tangan, pertanda dia ingin seorang diri. Setelah Husnan pergi, dia menelepon seseorang tentang uang lima milyar.

"Pokoknya, kalau aku gol, hutang langsung kubayar, berikut bunga-bunganya. Deal?"

"Kalau tak gol?" tanya seseorang di seberang dengan nada cemas.

"Pasti gol!"

***

Siang ini matahari bersinar cukup terik. Halaman bak kepulan. Debu-debu beterbangan. Sebentar angin berkesiur, tapi bukan mengabarkan kesejukan, hanya menambah panas menggigit. Beberapa orang duduk merenung dalam sel. Beberapa lainnya sibuk bercerita ngalor-ngidul. 

Ada juga yang tertawa-tawa dan mengobrol entah dengan siapa. Ada yang merajuk tak mau makan, karena ingin gulai kari kambing. 

Di sudut paling sudut, di lorong paling ujung, seorang lelaki sedang menggores-gores dinding memakai paku. Beberapa kali dia terpergok berbuat itu oleh petugas, dan diberikan sanksi tak boleh makan malam. Dinding kembali dicat dengan warna senada. Percuma, dia seolah tak kapok!

Mungkin sekilas kau pernah melihat lelaki itu. Atau mungkin kesal melihatnya memenuhi kota dengan baleho besar. Baleho yang sempat menghantammu ketika hujan turun lebat. Baleho yang melukai batang pohon yang menurutmu sangat menganggu pertamanan. 

Tak salah lagi tebakanmu, dia adalah Alit. Lelaki yang berambisi menjadi anggota DPR. Lelaki yang kecewa karena Iqbal mengandaskannya dengan telak. Bukan mengandaskan sebenarnya, Cuma dia sakit hati Iqbal melenggang ke senayan, sedangkan dia pusing membalikkan hutang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun