Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tembang Pematang Siojo

18 April 2019   12:41 Diperbarui: 18 April 2019   13:03 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

Dulu Bapak berpacaran dengan ibu Ikram. Namun kehadiran Pak Iis yang gagah perkasa dan pesilat kampung, membuat pamor Bapak turun drastis. Belakangan ibu Ikram menikah dengan Pak Iis. Itulah yang menyebabkan Bapak tak ingin Ikram mendekatiku. Dia bagai ingin membalaskan sakit hatinya. 

"Biarlah, Mak! Dia itu sekarang sudah menjadi orang kota. Mana mungkin dia mengingatku."

"Kenapa? Ikram kan teman akrabmu!"

"Dari dulu Bapak tak menyenanginya."

"Oh, gara-gara itu!" Emak paling tak mau memperpanjang obrolan bila menyangkut ketaksenangan Bapak terhadap Ikram. Bisa mengungkit rasa cemburu Emak!

* * *

Sepedaku yang melaju kencang, mendadak dihadang seseorang. Aku tak bisa mengerem, lalu menabrakkan sepeda ke tubuh orang itu. Sepeda terguling ke semak-semak pinggir jalan, sontak menimpa tubuhku. Sakit rasanya. Apalagi lututku lecet-lecet karena terantuk aspal.

Orang itu mendekat dengan wajah merasa bersalah. Dia mengulurkan tangan setelah memberdirikan sepedaku. Namun aku membuang wajah. Aku meringis sambil berusaha berdiri tanpa dibantu siapapun.

"Maaf, aku sengaja melakukan ini. Namun aku tak menyangka kau bakalan terjatuh."

"Maaf, maaf! Dasar orang kota tak tahu diri." Aku merengut. Dia memegang tanganku yang buru-buru kutepiskan. Orang itu si brengsek Ikram yang mencoba mengaduk-aduk kembali hatiku yang kadung kusut.

"Kenapa kau selalu ingin menjauhiku?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun