"Aku yakin dia masih ingat cita-citanya menjadi seorang guru. Tak sekarang, tapi nanti dia mungkin akan melanjutkan pendidikan dan mengabdi di kampung kita."
Ahmad mencibir. Aku membuang pandang. Sedih rasanya Ikram dilecehkan oleh Ahmad. Ketimbang hati panas, aku buru-buru menuruni pematang Siojo. Ahmad memanggil dan mengejarku turun. Aku pura-pura tak mendengar dan berusaha lebih cepat melangkah.
* * *
Sepedaku meluncur pelan menuju sekolah. Sekali-sekali aku membunyikan kliningan agar anak-anak SD yang berjalan searah denganku, sedikit melapangkan jalan. Hari ini adalah hari keduaratus Ikram menetap di kota. Pagi ini ada berita yang kutunggu-tunggu di sekolah. Apalagi bukan berita yang dibawa Imah.
Tiga hari lalu Imah bersama seluruh keluarganya menghadiri acara resepsi pernikahan abangnya di kota. Dia berjanji akan mencari alamat Ikram, meskipun itu sulit. Apakah Ikram sehat-sehat saja? Apakah dia masih komit dengan cita-citanya menjadi seorang guru?Â
"Pokoknya beritanya kukemas apik khusus untukmu. Tunggu saja Senin pagi di tempat biasa, kantin sekolah yang menggoda." Terngiang celoteh riang Imah.
Sepeda semakin kupacu. Atap sekolah samar telihat bersinar diterpa cahaya matahari. Seorang cewek menyandang tas panda, memasuki gerbang dengan langkah gontai. Aku ingin menyusulnya. Namun aku memilih diam-diam saja menunggunya di kantin. Biar lebih asyik dan afdol. Aku akan memesan dua mangkok mie pecel dan dua gelas teh hangat. Ya, anggap saja uang lelah bagi Imah karena bela-belain menjadi inforwoman demi berita mengejutkan tentang sosok Ikram. Â
"Hai, sudah duluan, ya! Belum masuk kelas?" Imah menyusulku sambil lalu melihat tas yang masih kusampirkan di bahu.
"Seperti janji sebelumnya, berita hangat itu akan kita buka di sini. Bagaimana? Bagaimana tentang semangkok mie pecel dan segelas teh hangat?' tawaku berderai.
Imah hanya mengambil sepotong tempe goreng. Dia menolak makan yang berat-berat di pagi yang cerah ini. Kata Imah, perutnya sedang mengulah.
"Beritanya memang hangat, Yam. Tapi membuat sakit hati." Dia terdiam sebentar. Aku merasa-rasa ada yang tak beres. Jantungku tiba-tiba berdegup tak karuan. "Aku memang berusaha mencari Ikram, tapi tempat tinggalnya tak ketemu."