Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Cinta Itu Kandas

5 April 2019   21:39 Diperbarui: 5 April 2019   21:52 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Dari kecil mereka sudah bersama. Rumah mereka berdekatan. Sejak kelas tiga SMP, rasa cinta itu mulai tumbuh. 

Didik berulangkali ingin mengutarakan cintanya. Sayang sekali, selalu ada yang mengganggu. Padahal dengan rumah berdekatan, alangkah banyak kesempatan untuknya mengutarakan kata cinta.

"Dasar! Kebiasaan. Mau nyontek, ya?" gerutu Didik. Weis tersenyum malu.

Kemudian, bisu. Angin mengajari hujan menerpa dua anak manusia itu. Inilah mungkin kesempatan Didik, untuk mengutarakan isi hatinya, "Weis, boleh aku bicara?"

"Selama ini siapa yang melarangmu bicara? Kalau tak disuruh diam, kau ngoceh terus seperti cucakrawa." Weis kembali tertawa.

Didik kelihatan sangat serius. "Weis, aku sebenarnya...." Sreet! Sebuah angkot berhenti memotong pembicaraan mereka.

"Hanya ada satu. Mau? Ketimbang terlambat," kata stokar (pen; kernet angkutan kota).

"Mana buku Fisika?" tanya Weis. Didik mengangsurkan bukunya. Buru-buru Weis menerima. Buru-buru masuk ke dalam angkot, sambil melambai kepada Didik yang tersenyum kecut. Mungkin lain kali masih ada kesempatan. Rumah mereka kan berdekatan!

***

Setahun kemudian

Begitu gembira anak-anak SMA itu berkumpul di sungai. Inilah hari terakhir mereka bersama-sama. Selanjutnya, terserah masing-masing. Yang mau kuliah, silahkan. Yang mau tetap kuli ayah, silahkan. Yang mau menikah, juga tak ada yang melarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun