Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teman Lama

22 Maret 2019   14:51 Diperbarui: 22 Maret 2019   15:01 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuceritakan bahwa Supio sekarang sudah menjadi pengusaha. Entah usaha apa, tadi aku belum sempat bertanya. Yang pasti usahanya sudah memiliki cabang di mana-mana. "Rencana dia juga mau buka cabang di sini," kataku sehingga tak sadar istriku bertepuk-tangan.

"Mas tak minta diangkat menjadi  karyawannya?" 

"Aku malahan ditawari menjadi kepala cabang di kota ini." 

"Wah, bagus itu!"

"Tapi aku ragu, menerima tawarannya atau tidak. Tadi, saat aku mengajaknya shalat jumat, dia malahan pergi dan mengatakan sedang ada urusan."

Istriku melotot. "Ya, siapa tahu dia shalat di masjid lain, Mas!"

"Tapi?"

"Tak usah mikirin yang susah-susah! Yang penting Mas kelak bisa kerja dengannya. Ketimbang melulu nyeles tak jelas begini!"

* * *

Supio menepati janji. Setelah menelepon akan berkunjung ke rumahku malam ini, ternyata tak dinyana dia tiba saat aku dan istri sedang siap-siap hendak shalat maghrib. Dia  muncul dengan sekeranjang buah aneka ragam yang langsung direbutin dua bocah kecilku.

"Shalat maghrib berjamaah dulu, yok! Kau jadi imam ya, Sup!" todongku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun