Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lok Baintan

8 Maret 2019   09:49 Diperbarui: 8 Maret 2019   10:39 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia mendekatiku. Tersenyum ramah. Senyum pertama yang dia lontarkan setelah sedari tadi wajahnya datar tanpa riak. 

Sekelebat dia mencabut lembaran sepuluh ribu dari tanganku. Dia bergegas mengambil dayung, dan menjauh. Perahunya dengan sabar diterima sungai. 

"Pak! Tunggu!" jeritku. Dia tak menoleh. Kumasukkan kembali lembaran uang ke dalam tas, saat seseorang menepuk pundakku.

"Hai, kenapa kau mau naik perahu orang itu? Baru kau yang berani naik perahunya, juga makan-minum di situ." Sesosok perempuan bertubuh gempal, berbibir tebal, berdiri di belakangku. Dia Suk, perempuan yang menjadi pemandaku sampai beberapa hari ke depan.

"Memangnya kenapa?"

"Salahku tak mewanti-wanti dari tadi. Kupikir berapa banyak perahu di Lok Baintan. Mustahil takdirmu menumpang di perahunya. Tapi aku salah. Harusnya juga, aku tadi bersamamu. Kau ngotot pergi sendiri. Mau dibilang apalagi!"

Aku membonceng di motornya. Kami menuju penginapan dengan rasa penasaran yang berkesiur di hati ini. 

Seperti kemarin, setelah mengantarku sampai ke kamar penginapan, Suk akan pergi. Tapi kali ini kutahan langkahnya yang gegas.

"Ada apalagi?"

"Tentang pendayung itu. Ceritakan kepadaku!"

"Pokoknya jangan pernah naik perahu lelaki itu! Kau tahu, dia itu mengidap penyakit Aids!" Dia seakan berbisik. Tubuhku seolah terdesak ke belakang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun