Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pangeran Pembohong

28 Februari 2019   15:32 Diperbarui: 28 Februari 2019   16:00 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baik, Tuan!" jawab pelayan itu. Dia bergegas ke dapur, lalu mengantarkannya kepada ibunda ratu di kamarnya.

Pangeran tertawa kesenangan. Lalu apa yang terjadi dengan pelayan itu? Olala, dia dimarahi ibunda ratu. Ibunda ratu sedang sakit perut, dan tidak bisa memakan mangga muda.

Pangeran memang nakal. Dia merasa bebas berbohong setiap hari. Setiap kali berbohong, dia tinggal memasukkan sebutir padi ke kantong bajunya. Begitulah terjadi sampai berhari-hari.

Hingga suatu ketika dia tidak menyadari seluruh kantung pakaiannya sudah dipenuhi butiran padi. Ke mana-mana dia selalu membawanya. Kalau hilang sebutir, wajahnya langsung keriput. Dia menjadi malu ketika sedang bersantap makan dengan raja dan ibunda ratu.

"Kenapa kantung baju dan celanamu gembung, Pangeran?" tanya ibunda ratu.

Pangeran menjawab, "Saya ingin memberi makan burung-burung di hutan, Ibunda." Dia langsung masuk kamarnya untuk mengantongi sebutir padi lagi.

Lama-kelamaan kantung pakaian pangeran tidak muat lagi. Terpaksalah dia membawa kantung kain yang diikatkan di pinggangnya. Tapi beberapa hari berlalu, kantung itu pun dipenuhi padi. Dia harus menambah kantung-kantung lain.

Akhirnya pangeran tidak bisa lagi keluar dari kamarnya. Dia kecapekan. Padi-padi itu sangat berat, sehingga dia hanya bisa tidur-tiduran atau duduk di kasur. 

Hampir dua hari dia mengurung diri di kamarnya. Raja dan ratu menjadi sedih. Apalagi setelah pangeran menceritakan penyebab dia harus membawa butiran padi yang banyak itu. Hingga pada suatu malam, kakek berjenggot panjang itu muncul lagi di dalam mimpinya.

"Tolonglah, Kek! Aku bertobat tidak ingin berbohong lagi. Aku berjanji!" pintanya.

"Aku sebenarnya tidak ingin menolongmu. Namun aku merasa kasihan. Kau masih muda, dan harus mengurung diri terus di dalam kamar. Bagaimana kau bisa menjadi raja kelak, bila kerjamu hanya tidur-tiduran? Untuk itulah kuberikan kau penawar kutukan. Tapi ingat, ini yang terakhir," kata si kakek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun