Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pangeran Pembohong

28 Februari 2019   15:32 Diperbarui: 28 Februari 2019   16:00 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di  sebuah kerajaan hiduplah seorang pangeran tampan. Tapi tidak ada orang yang mau berteman dengannya. Pangeran itu suka berbohong. Sehari tidak berbohong, badannya panas-dingin. Orang-orang memanggilnya Pangeran Pembohong.  

Pada suatu malam setelah puas membohongi dayang-dayang istana, pangeran tertidur di kursi raja. Dia bermimpi bertemu seorang kakek berjenggot panjang. Kakek itu memarahinya, "Hai, Pangeran Pembohong! Aku mengutuk wajahmu menjadi lebih tua satu tahun setiap kali kau berbohong."

Pangeran terbangun, dan tidak mempedulikan mimpi itu. Dia kembali asyik membohongi seluruh penghuni istana. Hingga tiba-tiba raja berteriak, "Hai, kenapa wajahmu kelihatan seperti kakek-kakek?" Raja tertawa.

Pangeran teringat mimpinya. Dia berlari ke kamar dan bercermin. Ternyata wajahnya memang seperti kakek-kakek. Karena malu, dia berlari dan bersembunyi di hutan. Tiba-tiba dia   melihat seorang kakek yang pernah muncul dalam mimpinya.

"Kakek, Kakek. Siapa pun dirimu, tolonglah aku yang malang ini," jeritnya. Si kakek melangkah menjauhi pangeran. "Aku tidak akan berbohong sampai kapan pun. Tolong berikan aku penawar kutukan ini."

"Baiklah! Aku akan mengembalikan wajahmu seperti semula. Namun bila kau masih senang berbohong, wajahmu kembali seperti kakek-kakek." Si kakek menarik napas pelan. "Setiap kali kau berbohong, setiap kali itu pula keriput di seluruh badanmu bertambah. Tapi aku memberikan penawarnya. Sekali berbohong kau harus mengantongi sebutir padi. Berbohong lagi, tambah sebutir padi lagi. Niscaya kulitmu tidak akan keriput."

Pangeran kesenangan. Syarat yang diucapkan kakek itu sangat mudah. "Berbohong sekali, kantongi sebutir padi. Berbohong lagi, kantongi  sebutir padi yang kedua. Begitu seterusnya. Mudah... Mudah... Hahaha!" Pangeran kesenangan. Dia tidak melihat lagi si kakek misterius berubah menjadi asap dan menghilang.

Buru-buru pangeran menuju lumbung istana. Dia mengambil segenggam padi dan masuk ke kamarnya. Perlahan dia memperhatian wajahnya di cermin setelah mengantongi sebutir padi. Ajaib, wajahnya langsung berubah seperti sediakala.

"Aku tidak akan berbohong lagi sejak hari ini," batin pangeran. 

Tapi baru saja keluar dari kamarnya, dia langsung gelisah. Mulutnya gatal karena ingin berbohong. Hahaha, dia geli membayangkan orang yang kesal setelah dibohongi. 

"Hai, ibunda ratu meminta mangga muda! Segera antarkan kepadanya!" perintah pangeran kepada seorang pelayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun