Di  sebuah kerajaan hiduplah seorang pangeran tampan. Tapi tidak ada orang yang mau berteman dengannya. Pangeran itu suka berbohong. Sehari tidak berbohong, badannya panas-dingin. Orang-orang memanggilnya Pangeran Pembohong. Â
Pada suatu malam setelah puas membohongi dayang-dayang istana, pangeran tertidur di kursi raja. Dia bermimpi bertemu seorang kakek berjenggot panjang. Kakek itu memarahinya, "Hai, Pangeran Pembohong! Aku mengutuk wajahmu menjadi lebih tua satu tahun setiap kali kau berbohong."
Pangeran terbangun, dan tidak mempedulikan mimpi itu. Dia kembali asyik membohongi seluruh penghuni istana. Hingga tiba-tiba raja berteriak, "Hai, kenapa wajahmu kelihatan seperti kakek-kakek?" Raja tertawa.
Pangeran teringat mimpinya. Dia berlari ke kamar dan bercermin. Ternyata wajahnya memang seperti kakek-kakek. Karena malu, dia berlari dan bersembunyi di hutan. Tiba-tiba dia  melihat seorang kakek yang pernah muncul dalam mimpinya.
"Kakek, Kakek. Siapa pun dirimu, tolonglah aku yang malang ini," jeritnya. Si kakek melangkah menjauhi pangeran. "Aku tidak akan berbohong sampai kapan pun. Tolong berikan aku penawar kutukan ini."
"Baiklah! Aku akan mengembalikan wajahmu seperti semula. Namun bila kau masih senang berbohong, wajahmu kembali seperti kakek-kakek." Si kakek menarik napas pelan. "Setiap kali kau berbohong, setiap kali itu pula keriput di seluruh badanmu bertambah. Tapi aku memberikan penawarnya. Sekali berbohong kau harus mengantongi sebutir padi. Berbohong lagi, tambah sebutir padi lagi. Niscaya kulitmu tidak akan keriput."
Pangeran kesenangan. Syarat yang diucapkan kakek itu sangat mudah. "Berbohong sekali, kantongi sebutir padi. Berbohong lagi, kantongi  sebutir padi yang kedua. Begitu seterusnya. Mudah... Mudah... Hahaha!" Pangeran kesenangan. Dia tidak melihat lagi si kakek misterius berubah menjadi asap dan menghilang.
Buru-buru pangeran menuju lumbung istana. Dia mengambil segenggam padi dan masuk ke kamarnya. Perlahan dia memperhatian wajahnya di cermin setelah mengantongi sebutir padi. Ajaib, wajahnya langsung berubah seperti sediakala.
"Aku tidak akan berbohong lagi sejak hari ini," batin pangeran.Â
Tapi baru saja keluar dari kamarnya, dia langsung gelisah. Mulutnya gatal karena ingin berbohong. Hahaha, dia geli membayangkan orang yang kesal setelah dibohongi.Â
"Hai, ibunda ratu meminta mangga muda! Segera antarkan kepadanya!" perintah pangeran kepada seorang pelayan.
"Baik, Tuan!" jawab pelayan itu. Dia bergegas ke dapur, lalu mengantarkannya kepada ibunda ratu di kamarnya.
Pangeran tertawa kesenangan. Lalu apa yang terjadi dengan pelayan itu? Olala, dia dimarahi ibunda ratu. Ibunda ratu sedang sakit perut, dan tidak bisa memakan mangga muda.
Pangeran memang nakal. Dia merasa bebas berbohong setiap hari. Setiap kali berbohong, dia tinggal memasukkan sebutir padi ke kantong bajunya. Begitulah terjadi sampai berhari-hari.
Hingga suatu ketika dia tidak menyadari seluruh kantung pakaiannya sudah dipenuhi butiran padi. Ke mana-mana dia selalu membawanya. Kalau hilang sebutir, wajahnya langsung keriput. Dia menjadi malu ketika sedang bersantap makan dengan raja dan ibunda ratu.
"Kenapa kantung baju dan celanamu gembung, Pangeran?" tanya ibunda ratu.
Pangeran menjawab, "Saya ingin memberi makan burung-burung di hutan, Ibunda." Dia langsung masuk kamarnya untuk mengantongi sebutir padi lagi.
Lama-kelamaan kantung pakaian pangeran tidak muat lagi. Terpaksalah dia membawa kantung kain yang diikatkan di pinggangnya. Tapi beberapa hari berlalu, kantung itu pun dipenuhi padi. Dia harus menambah kantung-kantung lain.
Akhirnya pangeran tidak bisa lagi keluar dari kamarnya. Dia kecapekan. Padi-padi itu sangat berat, sehingga dia hanya bisa tidur-tiduran atau duduk di kasur.Â
Hampir dua hari dia mengurung diri di kamarnya. Raja dan ratu menjadi sedih. Apalagi setelah pangeran menceritakan penyebab dia harus membawa butiran padi yang banyak itu. Hingga pada suatu malam, kakek berjenggot panjang itu muncul lagi di dalam mimpinya.
"Tolonglah, Kek! Aku bertobat tidak ingin berbohong lagi. Aku berjanji!" pintanya.
"Aku sebenarnya tidak ingin menolongmu. Namun aku merasa kasihan. Kau masih muda, dan harus mengurung diri terus di dalam kamar. Bagaimana kau bisa menjadi raja kelak, bila kerjamu hanya tidur-tiduran? Untuk itulah kuberikan kau penawar kutukan. Tapi ingat, ini yang terakhir," kata si kakek.
Pangeran berjanji dengan sungguh-sungguh. Lalu kakek itu menyuruh pangeran meminta maaf kepada setiap orang yang pernah dia bohongi. "Sebutir padi bisa kau buang dari kantung-kantungmu, setelah mengucapkan pemintaan maaf kepada setiap orang atas kebohongan apa yang pernah kau lakukan," jelas si kakek.
Setelah pangeran meminta maaf kepada seluruh orang yang pernah dia bohongi, dia kembali muda dan tampan. Dia pun bertobat tak akan mengulang kelakuan yang sama.
---sekian---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H