Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pak Tarmudi

23 Februari 2019   22:33 Diperbarui: 23 Februari 2019   22:48 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi setiba di depan rumah, alangkah terkejutnya aku melihat mertuaku kelihatan sangat cemas. Kudekati dia sambil meletakkan buah tanganku begitu saja di atas tanah. 

"Ada apa, Yah?" kejarku.

"Itu, cucuku dibawa Pak Tarmudi. Dia malahan memukul tanganku dengan tongkat ketika aku mencoba mempertahanku cucuku itu." Dia terbata-bata.

"Kenapa sampai harus membawa Pipit?" tanyaku menyebut nama putri kesayangku itu. Oh, hatiku mulai tak nyaman.

"Uh, orang yang aneh! Dia cemburu kepadaku," geramnya.

"Cemburu masalah Safiatun, ya?" kejarku lagi.

Dia menggeleng. "Dia merasa aku telah merampas Pipit darinya, cucunya tercinta."

"Haaa?!" Aku bingung mau tertawa atau menangis.

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun