Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pak Tarmudi

23 Februari 2019   22:33 Diperbarui: 23 Februari 2019   22:48 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya, tapi lebih baik memberitahu dia," ucapku membujuk.

"Bagaimana kalau dia tak setuju seperti tabiat adiknya, Otna. Nanti macam-macam yang dikatakannya. Memalukanlah. Merasa tak enak, sudah tua masih kegatelan. Atau, dia protes karena merasa masih mampu mengurusi tubuhku yang renta ini, ketimbang diserahkan ke perempuan lain."

"Dia pasti setuju, Yah!" jawabku.

"Pasti?" 

"Pasti, Yah?" jawabku.

Dia tersenyum. Dia terseok menuju kamar. Sementara aku masuk menemui istriku yang sedang memberi susu si kecil. Kataku, "Ayah ada-ada saja. Tapi itu kemauannya juga, sih! Dia mau menikah lagi." Aku rebahan di kasur. Istriku tertawa. Tak ada raut terkejut di wajahnya. "Kau senang-senang saja, ya!"

"Ya, mau diapakan lagi? Kalau dia maunya begitu, apa bisa kita larang-larang? Nanti dia merajuk pula, lalu hengkang ke rumah Otna." Istriku rebahan di sebelahku. Si kecil tak menangis lagi. "Dengan siapa, Pa?"

"Safiatun!" jawabku. Tak ada reaksi istriku ketika mendengar nama itu. Namun mendadak dia duduk sambil mengangguk-angguk. "Kenapa?" tanyaku.

"Wah, pantas saja Pak Tarmudi berubah, Pa!"

"Memangnya kenapa?"

"Dengar dengar, Pak Tarmudi kan suka sama Bu Safi. Dia pasti kesal karena ayah mendekatinya. Papa ingat tidak, perubahan sikap Pak Tarmudi itu muncul setelah kehadiran ayah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun