Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mayat Lelaki di Gardu Listrik

4 Februari 2019   07:52 Diperbarui: 4 Februari 2019   08:01 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki : Saya takut nanti menjadi terdakwa. Lidah saya terpotong, memang sengaja dipotong. Sekarang ini suara kritikan dan teriakan rakyat selalu tak didengar elite pemerintahan. Mereka terlalu arogan menjalankan peraturan, sehingga rakyat hanya dijadikan boneka pesakitan. Jadi, untuk apa lidah ini? Lebih baik dipotong dan tak usah berbicara. Senjata yang baik, adalah dengan menulis kritikan pedas di koran maupun majalah. Selain  bisa didokumentasikan, juga tak merusak lingkungan. Lagipula, tulisan-tulisan kami mendapat honor. Lelaki itu mesem-mesem.

Polisi    : Kami ingin tahu kenapa dia mati?"

Lelaki : Maaf, Pak. Karena dia ingin lidahnya dipotong seperti saya, maka saya potong saja. Tapi hari itu dia pendarahan hebat. Dia tak mengatakan mengidap penyakit komplikasi; diabetes, darah tinggi dan jantung. Akhirnya, dia mati.

Polisi : Kenapa dia ditemukan telanjang? Kenapa dibuang di jalanan?

Lelaki : Maaf, Pak. Sebelum memotong lidahnya, kami sempat "anu", berpacaran. Bapak mengerti bukan maksud saya? Lelaki itu mesem-mesem lagi. Mengenai dia kubuang di jalanan, hanya ingin menghilangkan jejak. Biar saya tak ditangkap.

Polisi : Kenapa sekarang kamu mengakui perbuatanmu? Kamu tak takut dipenjara atau dihukum mati?

Lelaki : Takut juga, Pak. Tapi daripada isu kematian teman saya itu dimanfaatin elite pemerintahan untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap kasus-kasus  korupsi yang harus dituntaskan, lebih baik saya mengaku saja. Masalah kematian teman saya akan reda diberitakan di media massa. Saya berharap demikian, Pak.

Setelah diinterogasi, dapat  ditebak, tak lama lagi lelaki itu akan dijebloskan ke penjara. Entah yang diceritakannya benar atau tidak, bukan persoalan. Semua yang terjadi di negara ini hanya sipongang cerita-cerita yang mewajibkan kita harus menerka-nerka setiap saat. Sebab tak ada yang transparan di sini. 

Yang beruntung sekarang Tuan Ramona. Dia telah kembali dari negara tetangga setelah menghabiskan uang negara ratusan juta Rupiah. Dia tak dijadikan tersangka, sebab pelaku yang menyebabkan si lelaki mati, telah ditemukan. Tapi, harap hati-hati, setelah berita kematian si lelaki tak lagi menghebohkan, Tuan Ramona dan elite pemerintahan yang senang korupsi, bisa digrebek pihak KPK. Hati-hati saja!

---sekian---

Ref. Foto : pixabay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun