Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rung Buaya

1 Februari 2019   14:25 Diperbarui: 1 Februari 2019   14:57 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pxhere.com/en/photo/575778

Entah muasal apa, tiba-tiba dia mengungkit masalah siluman buaya. Seketika darahku berdesir. Apakah yang dikatakan Maryam tentang Rung benar adanya? Namun, tunggu dulu. Dia bercerita tentang Malik yang masih ada pertalian darah dengannya. Nama Malik pernah kudengar dari beberapa orang kampung. Dan cerita tentang dia dan turunannya, sudah kami mafhumi. 

Konon, ratusan tahun lalu, di desa kami, Pemulutan3) (sebelumnya bernama Sudi Mampir), ada tujuh rumah yang dianugerahi Allah SWT kesaktian. Masing-masing berupa ilmu buaya, ilmu harimau, ilmu ular, ilmu patah tulang, ilmu racun, ilmu besi dan kayu,  serta ilmu menyembuhkan orang gila. Salah satu pemilik rumah itulah yang bernama Malik (pemilik ilmu buaya).

Karena tinggal di pinggiran Ogan, maka tak pelak lagi mereka hidup di lingkungan yang banyak buayanya. Buaya-buaya itu pun sempat memangsa orang. Malik yang tak ingin anak-cucunya tewas dimangsa, sengaja menebang pohon Pulai4). Pohon itu dia lintangkan di Ogan, kemudian mencacah-cacahnya hingga keluar getah. Getah itulah yang dia gunakan untuk memerangkap buaya.

Saat buaya terperangkap, Malik hampir membunuhnya dengan pedang. Tapi tiba-tiba ada empat orang (diperkirakan mahkluk halus penunggang buaya), muncul menghalangi lakunya.

"Kenapa kau sampai menghunus pedang?" tanya mereka.

"Aku tak ingin anak-cucuku dimangsa buaya!"

"Baiklah! Jika kau tak membunuh buaya itu, kami berjanji akan datang membantumu bila ada permasalahan seputar buaya."

Begitulah kira-kira, kesaktian Malik kemudian turun kepada turunan kedua bernama Kamaluddin, gelar Ratu Jurum, turunan ketiga Punggawa Cabuk gelar Ratu Jurung, turunan keempat Tunak gelar Raden Kuning, turunan kelima Imang gelar raden Sentul, turunan keenam Abdullah gelar Raden Intan.

"Dan aku adalah turunan ketujuh. Dari setiap turunan, kesaktiannya semakin berkurang. Sekarang aku hanya bisa mengusir buaya. Tak seperi Muyang5) Malik yang bisa memanggil buaya-buaya dan berjumpa dengan empat makhluk halus penunggangnya." Rung menyerahkan ikan yang sudah matang ke tanganku.

"Aku baru mendengar cerita ini lebih lengkap darimu, Rung. Maafkan Ibu yang sering menyebutmu siluman buaya."

"Tak apa! Dia hanya orang yang belum tahu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun