Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebatas Reklame

27 Januari 2019   23:22 Diperbarui: 28 Januari 2019   00:31 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com/masashiwakui-4385858

Om memanggil Pak Kusnen. "Ada apa ribut-ribut, Pak?" tanya Om setelah lelaki yang telah mengabdi di rumah ini hampir lima tahun, tiba di ujung teras.

"Itu, Pak. Anak-anak  nekad mau mengamen di sini."

"Mengamen?" Raut wajah Tante Imah kelihatan tak senang.

"Biarlah! Suruh mereka masuk." Om cepat menyela ketaksetujuan Tante Imah. Sepertinya Kak Lifah dan Bang Ramona seide dengan Om.

Aku masih tenggelam dalam buku cerita yang tadi pagi kupinjam di perpustakaan sekolah. Ketika para pengamen itu tiba di ujung terus dengan ucapan basa-basi sebelum bernyanyi, barulah aku mengalihkan pandangan dari buku itu.

Tiba-tiba ada yang berdesir hebat di dadaku. Aku tegak, dan bergegas mendekati para pengamen yang dua orang di antaranya terperangah melihatku. Keluarga Om juga terheran-heran melihatku.

"Prasetyo, Bang Lokot!" Aku menyalami kedua orang itu.

"Udin!!!"

---sekian---

Ref. Foto : pixab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun