"Erdang, Mang!"
Mang Ibal menepuk pundak pemuda bernama Erdang itu. Mereka saling bersitatap. Kata Mang Ibal. "Orang biasa memanggil saya Ibal. Tapi nama saya sebenarnya, dan telah lama saya lupakan, adalah Labibuddin."
Mata Mang Ibal berkaca-kaca. Air mata Erdang merebak. Kedua insan itu saling berpelukan erat menuntaskan rasa rindu yang mengarat. Keduanya sebentar lagi akan bercerita tentang yang sudah-sudah. Ya, sebentar lagi. Sabar saja. Sebentar lagi! Mereka harus shalat maghrib dulu.
---sekian---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H