Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Deru Debu (Cerber Bagian Kesepuluh "Tersesat")

29 Juli 2015   10:36 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:51 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kecik mencoba menyapa ramah anak-anak itu. Tapi seolah melihat orang gila, mereka lari tunggang langgang. Setelah berjarak sekian puluh langkah, barulah anak-anak itu berhenti. Mereka menghadiahi Kecik dengan lidah dijulur-julur. Puas itu, mereka menungging dan memukul-mukul pantat.

“Anak-anak kurang ajar!” gerutu Kecik. Dia meluruskan kaki. Tak sengaja kakinya mengganjal langkah seseorang yang lebih besar dan tegap darinya. Usia orang itu mungkin tujuh belas tahun. Hidungnya ber-anting. Di atas sikunya tato gambar hati terlihat garang. Dia menyeringai bersamaan dua kawannya menyusul di belakang.

“Lo anak baru, ya? Berani masuk daerah sini?” Dia memegang krah baju Kecik. Kawannya terkakak-kakak. “Bayar upeti kalau mau aman!"

(Bersambung)

Bagian Sebelumnya
http://www.kompasiana.com/rifannazhif/deru-debu-cerber-bagian-kesembilan-ke-jakarta_55a09640537a61ae048b4567

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun