“Mau makan apa?” tanya Lobe. “Aku sudah kenyang dan mau mandi dulu.”
“Sama seperti yang Kak Lobe makanlah.” Kecik nyengir kuda.
Lobe beranjak mendekati pelayan di belakang etalase makanan. Kemudian dia pergi menuju kamar mandi. Beberapa saat lamanya, si pelayan datang menghidangkan juadah yang lezat-lezat. Kecik sampai tak sabaran, hingga harus menyantap juadah di depannya panas-panas. Lumayan pedas rasanya sehingga keringat berkejaran di kening anak itu.
“Itulah yang namanya penumpang haram untuk senang-senang itu,” bisik Kyai Ali ke telinga Kecik, saat keduanya mendekati truk. Kecik melihat perempuan berhidung pesek dan berwajah bulat tadi mengekori Sujak dengan manjanya. Ternyata perempuan itu ikut naik ke kabin truk. Masih tugas Lobe yang memegang kemudi. Sedangkan Sujak duduk di jok belakang sambil cekikikan. Perempuan itu duduk bersandar di lengannya.
“Namaku Entin. Bang sopir siapa namanya?” Dia mencolek bahu Lobe. Kecik membuang pandang ke arah jalan. Truk mulai merangkak perlahan.
“Lobe!”
“Nama yang lucu selucu orangnya.”
“Hmm.” Lobe membunyikan klakson. Truk melaju kencang meninggalkan rumah makan itu. Lima truk lain menyusul dengan masing-masing kabin diisi penumpang haram untuk senang-senang.
“Kalau yang ini?”
“Kecik!” Dia menggelinjing karena geli disentuh Entin.
“Sama seperti orangnya, Kecik. Baru kali ini aku melihat anak seumuranmu ikut truk. Mau jadi anak nakal, ya?”